Prof. Susanto Imam Rahayu adalah Guru Besar Kimia Fisik, Departemen Kimia, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Bandung (ITB). Setelah wafat pada 28 Agustus 2021 lalu, Prof. Susanto meninggalkan kontribusi di bidang pendidikan, khususnya untuk ITB.
Oleh: Permata Ayu
Mengutip laman resmi ITB, Prof Susanto mendapatkan gelar Drs dari ITB tahun 1962 dan PhD dalam bidang kimia teori pada tahun 1967 dari University of Wisconsin, Madison, AS.
Kariernya di dunia pendidikan telah dimulai sejak bertugas di ITB pada tahun 1962 dan resmi purnabakti sejak bulan Agustus 2005.
Sejak tahun 1973, beliau merupakan Ketua Program Tahun Pertama Bersama (TPB) ITB yang pertama, beberapa kali menjadi Ketua Jurusan Kimia, dan PD I Kimia Biologi.
Beliau juga pernah mengepalai LP3 (Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan) di ITB, yang salah satu kegiatannya adalah memberikan pelatihan dasar-dasar pedagogi bagi dosen ITB yang baru bertugas, yang hampir semuanya tidak memiliki dasar keguruan.
Selama mengabdi, Prof Susanto memiliki banyak peran pada pengembangan institusi Kimia, FMIPA, ITB, dan AIPI. Beliau banyak berkontribusi pula pada pendidikan, khususnya pendidikan kimia.
Selain itu, Prof Susanto juga dikenal sebagai desainer dan koordinator soal-soal seleksi mahasiswa baru perguruan tinggi negeri (PTN) atau yang kini disebut dengan SBMPTN.
Menjadi salah satu tim pembuat soal bukanlah hal baru, mengingat Prof Susanto juga berperan dalam kepanitiaan SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru).
Adapun di Departemen Kimia ITB, beliau aktif melakukan tugas-tugas pendidikan yang terintegrasi dengan penelitian, melalui kelompok penelitian yang kemudian tumbuh menjadi Kelompok Bidang Keahlian (KBK) Kimia Teori dan Komputasi.
Di tingkat regional, Prof. Susanto adalah tokoh yang mempelopori seminar bersama ITB dengan Universitas Kebangsaan Malaya (UKM).
Semantara di kalangan ilmuwan kimia Indonesia, Prof. Susanto dikenal aktif mengembangkan pendidikan kimia dan kimia teori.
Salah satu sumbangannya beberapa kimiawan lain adalah mentransformasikan pendidikan kimia Indonesia yang ketinggalan zaman menuju pendidikan Kimia yang lebih modern.