Tokoh

Seno Gumira Ajidarma

Mata Kamera Sang Redaktur

Mata Kamera Sang Redaktur
dok indeks

 

Ia berharap cinta bakal sedikit meredakan luka batin ketimbang memilih harta benda meski ujungnya ditolak juga mentah-mentah. “Kujual tubuh tapi tidak hatiku. Nah, kira-kira begitu. Jadi bukan membungkuk-bungkuk. Punya sikap juga. Buat Marti, hati tetap penting,” ucap Seno.

 

Seno bak memiliki mata kamera. Keluwesan itu turut disajikan dalam Matinya Seorang Penari Telanjang, cerpen yang juga dibuat skenario. Ia merangkai ketegangan perempuan yang diburu sepasang begundal sembari menggelitik penasaran dan keingintahuan pembaca untuk menduga-duga otak pembunuhannya.

 

Ia ikut mengetengahkan perspektif yang sama lewat Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi. Potongan-potongan imaji Sophie yang sedang mandi sambil bernyanyi dengan suara serak-serak basah dan sabun yang berselancar di tubuh berkelebatan di antara kegelisahan dialog antara hansip dan Pak RT.

 

Dalam tatanan kemasyarakatan paling simpel, cerpen tiu menyiratkan penindasan terhadap minoritas yang gamblang. Demikian pula dengan cerita-cerita dalam buku Atas Nama Malam yang mengisahkan bartender. Ia diselubungi kesuraman namun ditilik dari pandangan pendengar, curahan hatinya jelas menarik.

Baca Juga : Tokoh Pemikir Islam di Indonesia
Bagikan :