"Perempuan di Indonesia harus tahu kalau mereka mampu, mereka bisa, dan boleh untuk menjadi seseorang yang lebih independen."
Oleh: Intan Permata
Sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya yang aktif mengikuti dunia hiburan di tanah air, pasti sudah tidak asing dengan sosok Raline Shah.
Banyak dikenal berkat kesuksesan mengambil peran di film bergenre petualangan dengan judul 5 cm, yang rilis pada tahun 2012 silam. Nama Raline semakin dikenal setelah banyak membintangi berbagai film yang tak kalah populer seperti 99 Cahaya di Langit Eropa dan Surga yang Tak Dirindukan.
Dirinya juga kerap menyita perhatian karena luasnya relasi yang dimiliki dalam berhubungan dengan sejumlah publik figur dunia di berbagai kesempatan. Namun di balik popularitas tersebut, sejatinya ada sisi lain dari Raline Shah yang belum terlalu disadari oleh banyak orang.
Memiliki wawasan luas dan jiwa sosial yang tinggi, selama ini perempuan kelahiran tahun 1985 tersebut rupanya banyak mendedikasikan diri untuk berbagai hal positif di bidang lingkungan dan kemanusiaan.
Dirinya bahkan juga berperan sebagai sociopreneur dengan mendirikan dua yayasan di bidang sosial, dan kerap menunjukkan sisi aktivis yang menyuarakan isu-isu lingkungan. Tak tanggung-tanggung, Raline bahkan bekerja sama dengan relasi lintas negara untuk mengangkat isu kepedulian terhadap lingkungan.
Seakan belum cukup, di saat bersamaan Raline juga dikenal aktif dalam menggaungkan semangat kepada kalangan perempuan untuk bisa terus berkarya dan berdaya.
Penasaran untuk mengulik semangat yang ia miliki dalam menjalani banyak peran positif sekaligus, mengenai bagaimana dirinya dapat menjadi sosok yang dianggap banyak menginspirasi. Berikut kutipan wawancaranya, dilasir dari kanal youtube GNFI.
Kesibukan apa yang sedang dijalani saat ini?
Saya baru saja syuting satu series di salah satu platform OTT streaming untuk genre komedi-romantis, rencananya akan diluncurkan tanggal 30 Mei. Jadi baru rampung syuting, dan kebetulan di sana saya berperan sebagai executive producer, pertama kali saya mem-produce sebuah film jadi banyak belajarnya.
Bagaimana awal mula Raline memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan dan bergabung dengan gerakan #SaveSoil?
Saya memang lumayan punya concern tentang lingkungan hidup, karena memang dari kecil Papa selalu mendidik saya tentang konservasi, khususnya satwa sebenarnya.
Tapi waktu pertama kali dengar tentang gerakan #SaveSoil ini, kebetulan langsung tertarik karena memang berhubungan dengan isu yang sejak lama saya pikirkan nampaknya akan jadi masalah di waktu yang akan datang.
Sebagai gambaran, populasi kita seperti yang kita tahu di Indonesia bertumbuh dengan sangat cepat dan masyarakat butuh tanah untuk tinggal. Tapi kenyataannya kebanyakan orang kita gak tahu bagaimana cara layak yang harus mereka lakukan untuk memperlakukan tanah sebagai sumber kehidupan.
Selama ini tanah dianggapnya sebagai sesuatu yang mati, padahal di secuil tanah itu ada jutaan organisme yang bisa memberi kita kehidupan.
Bersamaan dengan munculnya kekhawatiran itu tiba-tiba ada movement (gerakan) #SaveSoil, dan saya langsung tertarik karena tahu permasalahan apa yang memang sedang kita hadapi, setidaknya saya tahu ingin berbuat apa.
Jadi menurut saya ini adalah masalah yang masih bisa ditangani bersama kalau kita fokus mempertahankan kehidupan untuk beberapa tahun berikutnya, sehingga jangan sampai kita berjuang sewaktu sudah ada tragedinya.
Bagaimana kesan Raline menyikapi hari Bumi yang memang bertepatan dengan gerakan #SaveSoil yang sedang dilakukan?
Yang pasti antusias dan senang, karena semakin ke sini semakin banyak orang yang sadar bahwa masalah lingkungan dan bumi, khususnya lewat peringatan Hari Bumi jadi hal patut untuk lebih banyak mengundang perhatian.
Karena kalau kita lihat setiap hari itu kan pasti selalu ada peringatan sesuatu, Hari Kartini, Hari Kemerdekaan Indonesia, Hari Anak Nasional, dan lain-lain.
Tapi kalau buat saya sendiri Hari Bumi yang paling penting, karena kita semuanya datang dari bumi, datang dari tanah, dan itu yang harus kita jaga untuk kelangsungan hidup ke depannya.
Tanpa hari bumi dan tanpa kita sadar tentang bumi, justru gak akan ada lagi hari-hari yang lain. Jadi saya sendiri senang sekali, apalagi anak-anak milenial zaman sekarang itu lebih sadar tentang keadaan planet ini dan diperingati dengan sangat meriah.
Bicara upaya melestarikan dan menjaga lingkungan, bisa diceritakan kontribusi sustainable apa saja yang dijalani dalam kehidupan Raline selama ini?
Pertama, kalau untuk saya sendiri sekarang kebetulan tinggal di Bali tepatnya Ubud, dan di sini saya makan sayur kebanyakan asalnya dari ladang sendiri, lebih tepatnya dari orang-orang yang saya pekerjakan untuk belajar mengenai bagaimana menjalankan pertanian organik.
Jadi keputusan pindah ke Bali menurut saya adalah sebuah keputusan terbaik yang bisa dibuat untuk kesehatan, dan belajar lebih dalam lagi tentang aspek melestarikan tanah di sini, sesuatu yang kalau di Jakarta sudah pasti saya gak akan punya kesempatan untuk menumbuhkan kesadaran itu.
Kedua, saya setiap hari menyisihkan waktu sekitar 15 menit untuk proyek atau gerakan #SaveSoil, entah itu menyuarakan gerakan di media sosial, atau berbicara langsung dengan petani yang ada di sini, menanyakan sistem pertanian mereka. Mungkin kesannya kecil, tapi 10-15 menit itu lumayan berdampak bagi saya.
Lalu ketiga, saya juga berpartisipasi menjadi bagian dari gerakan atau kampanye energi bersih yang dilakukan baik oleh pihak pemerintah atau swasta, yang tujuannya untuk mengedukasi publik. Jadi kalau secara konkret dan aksinya, tiga hal itu yang saya lakukan selama beberapa waktu ke belakang.
Memang sebagai manusia biasa baru itu yang bisa saya lakukan untuk saat ini, tapi di saat bersamaan saya terus mencoba untuk berusaha tahu lebih banyak lagi, mengenai hal apa aja yang kira-kira bisa saya lakukan untuk lingkungan tempat saya hidup sekarang ini.
Masyarakat Indonesia Semakin Peduli Lingkungan dan Praktik Hidup Berkelanjutan
Beralih ke kehidupan personal, bagaimana Raline bisa menjalani semua peran itu sekaligus, dan yang terpenting nampak menjalani semuanya dengan senang?
Sebenarnya sebelum menjadi aktris pun saya sudah menjalankan semuanya mulai dari bisnis sampai kepedulian terhadap lingkungan meski masih dalam skala kecil. Tapi mungkin seiring dengan ketenaran kali ya, jadi mulai banyak yang melihat kalau ternyata saya aktif di beberapa bidang lainnya.
Kalau dilihat sebenarnya dari dulu saya main film tiap tahun cuma satu, jadi di sisa waktu itu saya sebenarnya orang biasa saja, perempuan yang punya karier dan apa saja dikerjakan buat mengisi waktu.
Cuma biasanya saya membagi banyak hal itu berdasarkan hari, misal hari ini saya untuk CSR, lalu bicara soal gerakan-gerakan lingkungan yang saya jalani di berbagai kesempatan.
Kalau ditanya bagaimana saya bisa semangat menjalani semuanya, yang terpenting itu gimana saya memenuhi kebutuhan personal untuk diri saya sendiri, membedakan kapan kapasitas diri saya untuk orang lain dan diri sendiri.
Apalagi kalau misal dilihat menurut saya pribadi, setelah bertahun-tahun saya kerja akhirnya sekarang di usia 37 tahun ini safety dan security needs saya sudah terpenuhi sekali, dari kehidupan juga sudah stabil.
Jadi ke depannya saya lebih ingin untuk aktualisasi diri saja, apa yang saya bisa berikan kepada masyarakat, keluarga saya, dan orang banyak.
Adakah sosok tertentu, yang mungkin jadi role-model atau inspirasi hingga saat ini?
Guru yang paling penting dan utama itu sudah pasti Ibu, tapi inspirasi terbesar sebenarnya adalah nenek saya. Karena beliau membantu ibu membesarkan saya, yang dulunya bekerja sebagai perawat, tapi di saat bersamaan juga masih mengurus anak, jadi wanita karier, dan masih juga peduli lingkungan pada saat itu.
Kebetulan nenek saya juga orang yang suka membaca berbagai hal, kemudian tergerak secara emosional dengan menjabarkan pemikirannya ke saya, dia selalu bilang “Kamu kalau sudah besar, terkenal dan kaya baru kamu bisa merubah hal-hal yang tidak benar dengan dunia ini, yang sebenarnya tidak menguntungkan masyarakat kurang mampu dan sebagainya”.
Karena itu dari kecil atau sejak masih muda saya punya prinsip, kalau hidup saya harus punya tujuan yang jelas untuk apa yang bisa bermanfaat bagi orang banyak. Setidaknya menjadi orang yang punya power untuk menyuarakan hal-hal yang memang harus diketahui oleh orang banyak.
Dari semua peran yang dijalani baik sebagai aktris, aktivis, pebisnis, dan lainnya, peran apa yang paling dinikmati sejauh ini?
Saya menikmati semuanya, karena semuanya adalah kehidupan saya dan saya menikmati setiap harinya. Jadi saya gak pernah merasakan seperti, oh, yang satu ini lebih seru dari yang lain, karena dari semua itu saya bisa banyak belajar.
Karena sebagai manusia menurut saya kita harus bisa berganti peran dengan cepat dan dengan fleksibel, apalagi dengan kapasitas kita untuk terus bisa mendapatkan hal-hal dan pengetahuan yang baru setiap harinya, kita bisa jadi apa saja.
Bagi saya yang penting, jadi apapun kita ke depannya atau peran apa yang kita pilih itu harus datang dari pikiran yang sehat, karena itu bakal berdampak ke tujuan hidup kita nanti.
Apa ada mimpi tertentu yang masih tersimpan dan menjadi target untuk dicapai di waktu yang akan datang? Entah itu sebagai aktris, pebisnis, aktivis sosial, dsb.
Tentu salah satunya ingin menjalani peran sebagai seorang Ibu, itu masih ada di mimpi saya. Kalau karier untuk saat ini masih ingin mendalami akting lagi, bisnis juga kalau mampu masih ingin menjalani MBA program sebenarnya.
Apa harapan sekaligus pesan dari Raline untuk kalangan perempuan dan lingkungan di Indonesia?
Potensi kita untuk bisa berdikari di bidang pangan itu besar kalau kita melakukannya dengan benar. Saya hanya mau menyadarkan masyarakat kalau sumber daya kita paling hebat, keanekaragaman hayati nomor dua di dunia, potensi panas bumi juga terbesar kedua di dunia.
Masyarakat kita pintar dan bertalenta, jadi untuk masyarakat khususnya perempuan di Indonesia harus tahu kalau mereka mampu, mereka bisa, dan boleh untuk menjadi seseorang yang lebih independen.
Apalagi kalau untuk perempuan memang harus berdaya baik secara ekonomi atau masyarakat dengan melihat kesempatan yang ada, karena lebih dari 50 persen populasi kita kan didominasi perempuan, dan saya yakin perempuan kita bisa.
Kalau ada orang-orang yang melihat saya sebagai sosok yang menginspirasi itu bagus, tapi sebenarnya orang yang paling menginspirasi adalah diri kita sendiri, karena kita punya potensi besar untuk menjadi apapun. Kita hanya perlu ingat bahwa role (peran) kita gak hanya satu di dunia ini.