Halal Bihalal Nasional 2022 IKANU Mesir akan diselenggarakan pada 11 Mei 2022 atau 10 Syawal 1443 H mendatang. Momen pertemuan tahunan ini akan mengambil tempat di di Jalan Kedung Tarukan No.100 Surabaya.
Keberadaan Pondok Pesantren Miftachus Sunnah memang di pinggiran kota, namun kiprah Pesantren Miftachus Sunnah didalam memperjuangkan Islam sangatlah luar biasa. Aktivitas belajar mengajar ilmu-ilmu agama dan ketauhi- dan, dilakukan setiap hari di pesantren ini. Bila ingin meningkatkan kualitas hidup, datanglah dipesantren ini.
Oleh: Intan Permata
Seperti kebanyakan pondok pesantren pada umumnya. Didirikan di pinggiran suatu wilayah. Kesannya menjadi pos penjaga keamanan wilayah tersebut. Memang, semua pesantren dibangun dengan tujuan untuk menjaga. Utamanya ketauhidan, dan mengembangkan Islam tujuan umumnya. Begitu juga Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya ini.
Kawasan Tambaksari, yang di sini terdapat stadion sepak bola Gelora 10 November, dulunya merupakan pinggiran kota Surabaya. Kini wilayah ini padat penduduk, dan menjadi sentral kota. Di wilayah ini, ada pesantren tua yang pengasuhnya cukup terkenal di Jawa Timur. Yaitu Pondok Pesantren Miftachus Sunnah. Pesantren ini mudah ditemukan, karena letaknya .cukup strategis, di Jl Kedung Tarukan No. 100 Surabaya, Jawa Timur.
Pesantren ini didirikan oleh KH Miftakhul Akhyar, yang kini terpilih kembali menjadi Rois Syuriah NU Jawa Timur, periode 2013-2018. Tujuannya untuk menyebarkan Islam di kawasan Surabaya. Uniknya pesantren ini didirikan bertepatan dengan hari pahlawan dan lokasinya tak jauh dari lokasi GOR Gelora Sepuluh November yakni 10 November 1982.
Dilansir dari berbagai sumber, awalnya KH Miftakhul Akhyar mengajak ngaji masyarakat sekitar di rumahnya. Pengajian dilakukan terus-menerus, begitu pula kegiatan keagamaan. Sehingga makin menarik minat masyarakat untuk belajar. Seiring berjalannya waktu, mulai berdatangan santri-santri yang berasal dari luar daerah, yang membuat rumah beliau tidak sanggup menampungnya. Hingga pada akhirnya mendorongnya untuk mendirikan pesantren. Sebagai badan hukumnya, didirikanlah Yayasan.
Selain sebagai pondok pesantren, yayasan ini juga mengembangkan pendidikan formal diantaranya Madrasah Diniyah, Ibtidaiyah, dan Tsanawiyah. Berkat keimanan, ketakwaan, keuletan, keyakinan serta kebaktiannya kepada Allah SWT dengan penuh semangat fisabilillah, pondok pesantren ini telah mengalami berbagai macam kemajuan yang membangun hingga saat ini.
Di pondok ini selain mewajibkan para santri mengikuti Madrasah, juga mengadakan pengajian kitab-kitab kuning sebagai basic penguasaan hasanah keilmuan klasik. Layaknya kebanyakan Madrasah di Indonesia, Madrasah Miftachus Sunnah juga mengajarkan beberapa disiplin ilmu ke Islaman, seperti Fiqih, tajwid, Aqidah Akhlak, Ilmu Alat (Nahwu-Sharaf), Balaghah Ushul Fiqih, Tafsir, Hadits, dan ilmu Tasawuf untuk para santri kawakan.
Seiring dengan latar belakang berdirinya, pondok yang hingga kini masih eksis dan kuat dengan metode salafiyahnya, merupakan lembaga pendidikan yang lahir, tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat dimana salah satu tujuannya melestarikan dan mengembangkan akhlaqul karimah, dan nilai-nilai amaliah sala-fushsholeh.
Karenanya santri secara intensif dibekali dengan berbagai keilmuan yang bersumber dari para ijtihad para ulama terdahulu. Proses kegiatan belajar mengajar di ponpes ini juga menitik beratkan pada pelajaran-pelajaran Qowa’id, Shorof, dan Balaghoh. Dengan melestarikan metode bandongan, yakni ustad yang membaca sedangkan murid menyimak dan memberi syakal/harakat.
Oleh karena itu, nama pesantren Miftachus Sunnah tidak dapat dipisahkan dari sosok kharismatik KH. Miftachul Akhyar yang dipandang sebagai pesantren induk dan memberikan pengaruh luas bagi perkembangan pesantren dan kegiatan keagamaan islam lainnya di berbagai daerah.
KH. Miftachul Akhyar adalah sosok yang familiar bagi masyarakat Jawa Timur, khususnya Surabaya. Rais Aam PBNU periode 2021-2026 ini adalah seorang ulama kharismatik yang sudah puluhan tahun mendedikasikan diri dalam dakwah dan pendidikan Islam.
Di balik ketokohan beliau tidak banyak yang tahu bahwa beliau merintis sebuah pesantren di kampung yang dulunya merupakan "Las Vegasnya Surabaya".
Dilansir dari kompas.com, ulama yang akrab disapa Kiai Miftach ini mendirikan Ponpes Miftachus Sunnah pada tahun 1978 di Jalan Kedung Tarukan, Surabaya. Beliau memutuskan untuk mengurus tanah dan rumah peninggalan ibunya, Nyai Hj. Ashfi'ah. Saat itu Kedung Tarukan disebut sebagai Las Vegas-nya Surabaya karena menjadi pemukiman para preman. Tahun 1970-an Kedung Tarukan menjadi daerah rawan perjudian dan tempat mabuk-mabukan.
Saat merintis Ponpes Miftachus Sunnah banyak kendala yang beliau hadapi. Namun dengan pendekatan dan akhlak yang baik dari Kiai Miftach, mulai banyak warga "preman" memilih bertobat bahkan menitipkan anak-anaknya untuk dididik di Ponpes Miftachus Sunnah. Walaupun begitu, perjuangan memperbaiki keadaan di Kedung Tarukan tak semudah membalik telapak tangan.
Saat pertama kali Ponpes Miftachus Sunnah mulai didirikan, para santri kerap ditemukan menyelundupkan senjata atau melakukan tawuran di ponpes. Kiai Miftach menerapkan sikap tegas dan disiplin dalam menghadapi hal tersebut. Para santri yang kedapatan berbuat nakal seperti itu dipulangkan dan jika bersedia memperbaiki diri mereka dapat diterima kembali di ponpes dengan syarat mau taat, mengaji dan tidak lagi membawa senjata atau tawuran.
Pelan tapi pasti, wilayah Kedung Tarukan berubah menjadi lebih baik. Para santri Ponpes Miftachus Sunnah juga terbiasa dengan pola asuh Kiai Miftach. Bahkan, jika ingin keluar ponpes para santri akan meminta izin walau hanya berjarak 50 meter.
Berangkat dari keinginan meneladani kiprah perjuangan KH. Miftachul Akhyar, IKANU Mesir memutuskan pondok pesantren yang beralamatkan di Jalan Kedung Tarukan No. 100 Surabaya sebagai lokasi acara Halal bi Halal.