Tokoh

Rufaida aL-Aslamia

Sang Perawat Wanita Pertama di Dunia

Sang Perawat Wanita Pertama di Dunia
dok historia

Rufaida Al-Aslamia diakui sebagai perawat pertama wanita di dunia. Ia merupakan seorang tokoh muslimah yang hidup di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berasal dari kaum Anshar. Kaum yang menerima dan menolong orang-orang muslim yang berhijrah dari Mekkah ke Madinah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

 

 

Oleh: Intan Permata

 

Rufaida Al-Aslamia memiliki nama lengkap Rufaida binti Sa’ad Al-Bani Aslam Al-Khazraj. Ia lahir di kota Yastrib (Madinah) pada 570 Masehi dan wafat pada 632 Masehi.

 

Nama Al-Aslamia (Al-Aslamiyyah) merupakan nisbah dari salah satu keluarga di suku Khazraj, Madinah, yaitu Aslam. Rufaida juga memiliki julukan lain yaitu, ‘Al-Fidayyah’. Julukan itu diberikan kepada Rufaida karena keberaniannya dalam menerobos kawasan-kawasan perang demi menyelamatkan umat muslim yang terluka.

 

Ia mempelajari ilmu keperawatan melalui ayahnya (Sa’ad Al-Aslami) yang berprofesi sebagai dokter. Rufaida memiliki citra positif sebagai seorang perawat. Beberapa ahli di masa kini menggambarkan Rufaida sebagai sosok perawat teladan yang profesional, baik dan berempati pada sesama.

 

Selain berperan menjadi perawat, Rufaida juga berperan dalam komunitas sebagai pelaksana dan pemecah masalah sosial yang dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit di masyarakat.

 

Karena itu, Rufaida Al-Aslamia sebagai perawat kesehatan masyarakat (public health nurse) dan pekerja sosial (social worker) telah menjadi perempuan inspirasi bagi profesi perawat di dunia Islam.

 

Ketika kota Madinah mulai berkembang dan terjadi banyak perang, Rufaida mengabdikan diri merawat kaum muslimin yang sakit dan terluka.

 

Saat perang Badar, Uhud, Khandaq, dan perang Khaibar meletus, Rufaida dengan sukarela merawat korban-korban yang terluka akibat perang. Ia juga mendirikan rumah sakit lapangan saat perang hingga ia terkenal dan Rasulullah saw. secara pribadi memintanya untuk merawat korban selama perang.

 

Permintaan dari Rasulullah tersebut bagi Rufaida merupakan permintaan mulia dan merupakan bentuk pengakuan awal untuk pekerjaannya sebagai perawat dan tenaga medis.

 

Atas jasanya itu, Rasulullah saw. memberikannya bagian dari ganimah yang sama sebagaimana bagian laki-laki, karena keterlibatannya sebaga perawat di medan perang sama dengan mereka yang turun langsung untuk berperang. Ganimah sendiri adalah harta rampasan perang yang diambil dari tawanan/musuh saat perang.

 

Ganimah dapat berupa harta bergerak, harta tak bergerak, dan tawanan perang. Meskipun sebutannya rampasan, hukum menggunakan dan mengambil manfaat dari ganimah adalah halal.

 

Rufaida juga turut melatih beberapa kelompok wanita untuk menjadi perawat. Sejarah Islam mencatat beberapa nama yang bekerja bersama Rufaida, di antaranya ialah Ummu Ammara, Aminah, Ummu Aiman, Safiyah, Ummu Sulaiman, dan Hindun.

 

Sumber lain menyebutkan beberapa nama yang turut menjadi perawat selama perang. Mereka adalah Aminah binti Qays Al-Ghifari, Ummu Atiyah Al-Anasariat, dan Zainab dari kaum Bani Awad.

 

Rufaida juga yang menjadi pelopor adanya pembagian waktu atau jam kerja (shift) yang berlaku di rumah sakit atau puskesmas saat ini. Yang mana tercipta ketika perang terjadi. Ia memutuskan adanya pergantian jam jaga untuk para perawat agar para korban bisa mendapatkan pelayanan yang maksimal.

 

Ketika perang usai dan keadaan mulai tenang, Rufaida membangun tenda di luar Masjid Nabawi untuk merawat kaum muslimin yang sakit. Ia juga biasa mengarantina orang-orang yang sakit dan terluka.

 

Karena hal itu, Rufaida terkenal di kalangan masyarakat pada saat itu sebagai perawat serta pakar pengobatan dan ilmu bedah. Sehingga pada masa kini, Rufaida mendapatkan gelar sebagai Perawat Pertama di Dunia Islam pada Abad ke 6-7 Masehi.

 

Rufaida berkontribusi besar dalam bidang keperawatan selama masa kepemimpinan Rasulullah saw. Selain banyak memberikan bantuan selama perang, dia memberikan perhatian pada setiap umat muslim, fakir miskin, anak yatim, dan penderita disabilitas. Ia memberikan perawatan dan pendidikan kepada anak-anak yatim pada masa itu.

 

Ia juga disebutkan sebagai pemimpin dan pencetus Sekolah Keperawatan pertama di dunia Islam. Selain itu, Rufaida juga berperan dalam menyokong advokasi pencegahan penyakit dan melakukan penyuluhan untuk mengedukasi masyarakat tentang kesehatan.

 

Ia merupakan wanita yang dikenal pandai membaca, menulis, serta kaya raya. Maka tak ayal, Rufaida mendanai dan membiayain segala kebutuhan dan kegiatan medis dengan harta miliknya. Ia juga merawat kaum muslimin yang sakit secara gratis tanpa meminta imbalan apa pun.

 

Meskipun begitu, tak banyak perawat ataupun masyarakat yang mengenal Rufaida Al-Aslamia sebagai sosok inspiratif yang merupakan pelopor di bidang keperawatan. Masyarakat, baik di Indonesia maupun negara lain, lebih mengenal sosok Florence Nightingale.

 

Florence Nightingale terkenal sebagai legenda dalam dunia keperawatan di dunia barat. Ia merupakan seorang bangsawan yang mendedikasikan hidupnya sebagai juru rawat pada masa-masa perang. Sehingga bangsa barat menobatkannya sebagai pelopor perawat modern yang diakui dunia sampai saat ini.

 

Meskipun Rufaida lebih dulu eksis, tetapi namanya tak semashyur Florence. Hanya satu dua perawat yang mengetahui sejarah Rufaida sebagai pelopor keperawatan di dunia Islam.

 

Terkecuali di Timur Tengah. Nama Rufaida Al-Aslamia sangat terkenal hampir di setiap kalangan dan sosoknya menjadi panutan. Sebaliknya, hanya sedikit masyarakat Timur Tengah yang mengenal sosok Florence Nightingale.

 

Kisah inspiratif perihal perjuangan dan kehebatan Rufaida di dunia keperawatan mengalir dari generasi ke generasi. Bahkan di Pakistan, namanya diabadikan menjadi nama salah satu gedung di Aga Khan University.

Baca Juga : Dari Rasa Takut Hingga Podium Juara di Sirkuit Bulutangkis Surabaya
Bagikan :