Narada lantas menceburkan tubuh Tetuka ke dalam kawah Candradimuka, di Gunung Jamurdwipa. Para dewa kemudian melemparkan berbagai jenis senjata pusaka ke dalam kawah. Beberapa waktu kemudian Tetuka muncul sebagai laki-laki dewasa.
“Dengan kehendak Dewa, bayi Gatotkaca itu dimasak sebagai bubur dan diisi segala kesaktian, karena itu Gatotkaca berurat kawat, bertulang besi, berdarah gala-gala dan dapat terbang di awan serta duduk di atas awan yang melintang. Kecepatan Gatotkaca pada saat terbang di awan seperti kilat, liar bagaikan halilintar,” tulis Hadrjowirogo dalam buku Sejarah Wayang Kulit Purwa.
Tetuka kemudian bertarung melawan Sekipu dan berhasil menggunakan gigitan taringnya. Kresna dan para Pandawa saat itu datang menyusul ke Kayangan. Kresna lantas memotong taring Tetuka menyuruhnya berhenti menggunakan sifat-sifat kaum raksasa.
Raja Kayangan, Batara Guru menghadiahkan seperangkat pakaian pusaka, yaitua Caping Basunada, Kotang Antarkusuma, dan Terompah Padakacarma untuk dipakai Tetuka. Sejak saat itu diganti namanya menjadi Gatotkaca.