Di sini maksud dari menidurkan diri adalah batinya selalu awas, sedangkan pancaindra selalu ditidurkan dari gejolak api dan nafsu negatif. Dan yang utama, sosok Semar selalu meminta restu kepada Hyang Widhi atau Tuhan.
Semar juga menyebut bahwa pemimpin adalah seorang majikan sekaligus pelayan. Sehingga dirinya walau manusia setengah dewa tetap menjadi pelayan atau pembantu para kesatria.
“Konsep amar makruf nahi munkar dalam diri Semar tak lepas dari modifikasi dakwah yang digelorakan Sunan Kalijaga dalam dunia seni wayang,” pungkasnya.
Salah satu versi asal usul Semar dalam mitos Jawa diceritakan, ketika itu surga, langit, bumi dikuasai oleh Sang Hyang Wenang. Dia berputrakan satu, Sang Hyang Tunggal yang kemudian memperistri Dewi Rekawati.