Di saat banyak wartawan dari media lain sibuk mencari informasi tentang perundingan tersebut, The New York Herald Tribune jadi surat kabar pertama yang berhasil memuat peristiwa yang dimaksud berkat Kartono. Bahkan, tulisannya disebut berhasil menggemparkan pihak AS dan Eropa.
Tak hanya menjadi wartawan perang, berbagai pengalaman mengagumkan lainnya juga dimiliki Kartono berkat kemampuan poliglotnya. Di tahun 1919-1921, ia bekerja sebagai kepala penerjemah di Liga Bangsa-Bangsa yang merupakan cikal bakal dari organisasi PBB.
Berkat kecerdasannya yang mampu menguasai berbagai bahasa, Kartono bahkan mendapat julukan “Si Jenius dari Timur”.
Pengembaraan Kartono di Eropa berakhir pada tahun 1925, saat dirinya memutuskan untuk pulang ke tanah air dan menetap di Bandung. Ia kemudian menjadi salah satu pihak yang bekerja sama dengan Ki Hadjar Dewantara dalam perguruan Taman Siswa.