Pada tahun 1908, keberhasilan pendidikan yang lebih tinggi berhasil diraih sebagai seseorang yang menyandang gelar doktorandus dengan predikat Summa Cumlaude. Lewat pencapaian tersebut, Kartono masih menjadi orang pribumi pertama yang mendapat gelar doktorandus saat masa pemerintahan Belanda.
Selesai menempuh pendidikan, Kartono nyatanya memilih untuk melanjutkan pengembaraannya di wilayah Eropa. Lama menimba ilmu di Leiden rupanya membuat Kartono mampu memahami serta menguasai ragam bahasa, dan membuatnya menjadi seorang poliglot.
Diketahui bahwa Kartono menguasai sekitar 26 bahasa, 17 di antaranya merupakan bahasa barat sedangkan sisanya bahasa timur.
Siapa sangka dengan modal tersebut, perjalanan Kartono nyatanya berlanjut dengan menjadi seorang wartawan perang yang meliput ragam peristiwa Perang Dunia I di berbagai negara Eropa.