Pendidikan & Sastra

Kepala SMA Mazra’atul Ulum Paciran Tanggapi Rencana Penjurusan Kembali di SMA

Kepala SMA Mazra’atul Ulum Paciran Tanggapi Rencana Penjurusan Kembali di SMA
Kepala SMA Mazra’atul Ulum Paciran Tanggapi Rencana Penjurusan Kembali di SMA (dok WhatsApp)

SURABAYA, PustakaJC.co - Rencana Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menerapkan sistem penjurusan di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) mulai tahun ajaran 2025/2026 menuai beragam tanggapan. Salah satunya datang dari Dewi Makiyah, Kepala Sekolah SMA Mazra’atul Ulum Paciran, Lamongan.

 

Menurut Dewi, penerapan sistem penjurusan bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan Indonesia.

 

“Sistem penjurusan sudah diterapkan lama sebelum adanya sistem mata pelajaran pilihan dalam Kurikulum Merdeka. Jadi sebenarnya tidak ada masalah, tinggal menyesuaikan dengan regulasi yang ada,” ungkapnya dalam wawancara eksklusif dengan PustakaJC.co, Kamis (17/04/25).

 

Ia menekankan bahwa yang perlu diperhatikan adalah bagaimana model penjurusan tersebut akan diterapkan apakah tetap terbuka untuk lintas minat seperti pada Kurikulum 2013 atau justru kembali pada model penjurusan tertutup seperti kurikulum sebelumnya.

 

Terkait dampaknya, Dewi mengungkapkan bahwa penjurusan memiliki sisi positif dan negatif. Penjurusan dapat membantu siswa lebih fokus dan mendalami bidang yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. 

 

“Saat ini ilmu pengetahuan sudah bersifat multidisipliner. Jika dikotak-kotakkan secara kaku, justru bisa merugikan siswa.” kata Dewi

 

Perubahan sistem ini juga berpotensi menimbulkan tantangan dalam proses adaptasi, baik bagi siswa maupun guru. Perubahan struktur pembelajaran yang terjadi mendadak bisa menyebabkan kebingungan, terutama dalam menyusun strategi belajar-mengajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

 

“Kita lihat nanti apakah penjurusan ini diterapkan untuk semua jenjang atau hanya untuk kelas X dan XI saja. Kalau semua, kasihan siswa kelas XI yang harus menyesuaikan lagi.” ujarnya.

 

Meski begitu, Dewi menambahkan bahwa guru sudah terbiasa menghadapi perubahan kurikulum yang kerap terjadi seiring pergantian kebijakan. Guru dituntut untuk fleksibel dan cepat beradaptasi agar proses belajar-mengajar tetap berjalan efektif, meskipun tantangan perubahan terus berdatangan.

 

Dewi juga menyampaikan pandangannya mengenai relevansi sistem penjurusan dalam memfasilitasi minat dan bakat siswa. Ia menilai bahwa Kurikulum Merdeka dengan sistem mata pelajaran pilihan sebenarnya sudah cukup ideal.

 

“Model mapel pilihan dalam Kurikulum Merdeka sudah bagus dalam mengakomodasi bakat dan minat siswa. Zaman sekarang harusnya lebih fleksibel, tidak dibatasi pengkotak-kotakan yang kaku,” tegas Kepala Sekolah itu.

 

Sebagai penutup, Dewi menyoroti pentingnya peran guru dalam membangun kepercayaan diri siswa, apapun jurusannya.

 

“Tidak ada kasta dalam jurusan. Semua jurusan dan mata pelajaran yang diminati siswa sama nilainya. Itu yang harus disosialisasikan, agar siswa tidak merasa lebih unggul atau minder hanya karena berasal dari jurusan tertentu,” pungkasnya. (nov)

Baca Juga : Membaca Jadi Lebih Seru! 10 Cara Menikmati Buku Tanpa Rasa Bosan
Bagikan :