SURABAYA, PustakaJC.co - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), melalui Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, mendorong pengembangan kemampuan berpikir kritis pada anak usia dini melalui program webinar bertajuk Aksi Ilmuwan Cilik.
Dalam keterangan tertulis yang disampaikan di Jakarta pada Rabu, kegiatan ini merupakan bagian dari peringatan Hari Anak Nasional 2025. Tujuannya adalah membangun dasar kemampuan berpikir ilmiah pada anak-anak usia dini melalui pendekatan bermain yang menyenangkan.
Seperti yang dilansir dari laman Antara, program ini juga dirancang untuk membangkitkan minat dan mengasah bakat anak dalam bidang STEAM (Sains, Teknologi, Teknik, Seni, dan Matematika), yang sekaligus mendukung perkembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTs) sejak dini.
Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah, Gogot Suharwoto, menyatakan bahwa segala bentuk rancangan kegiatan untuk anak, khususnya anak PAUD, harus disesuaikan dengan minat, bakat, potensi, dan tahapan perkembangan psikologis mereka.
Ia juga menegaskan pentingnya menerapkan tiga prinsip utama dalam pembelajaran mendalam (deep learning), yaitu pembelajaran yang menyenangkan (joyful), bermakna (meaningful), dan penuh perhatian (mindful). Ketiga pendekatan ini diyakini dapat mengoptimalkan proses belajar anak sesuai dengan karakter dan tahap tumbuh kembangnya.
Lebih lanjut, Gogot menjelaskan bahwa proses penumbuhan kemampuan berpikir kritis pada anak harus tetap memperhatikan kecenderungan alami anak yang senang bermain. Ia juga mengingatkan agar setiap kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan minat dan potensi anak.
Sementara itu, Direktur PAUD Kemendikdasmen, Nia Nurhasanah, menyampaikan bahwa anak-anak usia dini memiliki rasa ingin tahu yang besar, yang perlu terus dikembangkan agar menjadi bagian dari karakter mereka saat dewasa nanti.
Menurutnya, pendekatan sains pada anak sebaiknya dilakukan melalui kegiatan mengamati, mencari tahu, serta mengungkapkan pendapat sesuai dengan cara berpikir anak. Proses inilah yang dinilai efektif dalam membentuk karakter ilmuwan cilik.
Nia menambahkan bahwa penting untuk menanamkan semangat inovasi sejak dini sebagai fondasi dalam membangun kemampuan inovatif dan teknologi di masa depan. Hal ini dapat dicapai dengan memperkenalkan sains dan teknologi dalam bentuk sederhana.
“Pengenalan sains untuk anak usia dini tidak hanya sebatas pada isi materi, tetapi juga mencakup penanaman sikap kritis, rasa ingin tahu, ketelitian, eksplorasi, serta pola pikir yang sistematis melalui eksperimen yang menggembirakan,” ujar Nia.
Melalui pendekatan yang interaktif dan berbasis eksperimen, anak-anak diarahkan menjadi calon inovator yang akan memberikan kontribusi bagi kemajuan bangsa. Program ini diharapkan tidak hanya menunjang aspek kognitif, tetapi juga membentuk karakter dan kesadaran global anak sejak usia dini. (nov)