Pendidikan & Sastra

Mengenal Kurikulum Cinta, Program Kemenag untuk Sekolah di Indonesia

Mengenal Kurikulum Cinta, Program Kemenag untuk Sekolah di Indonesia
Mengenal Kurikulum Cinta, Program Kemenag untuk Sekolah di Indonesia

SURABAYA, PustakaJC.co - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengungkapkan bahwa pihaknya tengah mengkaji penerapan Kurikulum Cinta di lingkungan pendidikan. Kurikulum ini bertujuan untuk memperkuat toleransi dan solidaritas antarumat beragama.

 

"Kurikulum Cinta dapat diwujudkan dalam kehidupan sosial melalui berbagai program seperti dialog lintas iman, kegiatan sosial bersama, serta kampanye perdamaian," ujar Nasaruddin dalam seminar internasional Kurikulum Cinta dan Eco-Theology sebagai Basis Implementasi Gerakan Deklarasi Istiqlal di Sengkang, Wajo, dikutip dari tempo (7/2/2025).

 

Menurut Nasaruddin, Kurikulum Cinta adalah seperangkat sistem yang menjadi fondasi bagi kehidupan harmonis dalam keberagaman. Konsep ini menekankan pendidikan yang berbasis kasih sayang, empati, serta penghargaan terhadap perbedaan.

 

"Kurikulum ini harus menjadi bagian utama dalam sistem pendidikan kita, baik di sekolah formal, lingkungan sosial, keluarga, hingga pondok pesantren," jelasnya. Ia juga menekankan bahwa pendidikan agama tidak boleh hanya berfokus pada aspek ritual-formalistik, tetapi juga harus menanamkan semangat moderasi serta penghormatan terhadap keberagaman.

 

Saat ini, banyak lembaga pendidikan berbasis agama, seperti madrasah dan pesantren, yang sudah mulai mengajarkan nilai toleransi dan harmoni dalam kehidupan berbangsa. "Ini adalah langkah positif yang perlu terus didorong dan diperkuat," tambahnya.

 

Nasaruddin menyoroti bahwa dalam beberapa kasus, ajaran agama diajarkan dengan cara yang berpotensi menanamkan kebencian terhadap pemeluk agama lain. Sebagai contoh, jika seorang guru agama menyatakan bahwa hanya agamanya yang benar dan agama lain sesat, hal ini bisa menumbuhkan rasa permusuhan sejak dini.

 

"Bayangkan jika anak-anak sejak kecil diajarkan untuk membenci agama lain. Apa yang akan terjadi dengan keberagaman di Indonesia?" ujarnya saat Pembukaan Sidang Tanwir I 'Aisyiyah di Jakarta (16/1/2025).

 

Oleh karena itu, Kurikulum Cinta hadir untuk mengajarkan nilai cinta dan toleransi sejak dini. Ia menegaskan bahwa ajaran agama seharusnya tidak menumbuhkan kebencian terhadap pemeluk agama lain, tetapi juga tetap menjaga keyakinan pada ajaran masing-masing.

 

Kurikulum Cinta bertujuan untuk menanamkan rasa cinta kepada sesama warga negara, terlepas dari perbedaan agama. Melalui kurikulum ini, diharapkan tidak ada lagi kebencian yang diajarkan sejak kecil terhadap perbedaan keyakinan.

 

"Kita boleh berbeda agama, tetapi tetap bisa saling mencintai sebagai sesama warga negara. Inilah esensi dari Kurikulum Cinta, bukan kurikulum yang memperkuat perbedaan atau konflik," jelas Nasaruddin.

 

Selain itu, Kurikulum Cinta juga berperan dalam mengurangi relasi kuasa yang timpang dalam masyarakat, terutama terkait kesetaraan gender. Kurikulum ini akan menghapus pandangan yang mengistimewakan laki-laki dan merendahkan perempuan.

 

"Kita ingin memastikan bahwa tidak ada lagi kurikulum yang menempatkan perempuan dalam posisi yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Kita semua adalah khalifah di bumi ini, sehingga harus diperlakukan setara," tambahnya.

 

Dengan hadirnya Kurikulum Cinta, diharapkan masyarakat Indonesia dapat hidup lebih harmonis dalam keberagaman, serta membangun generasi yang lebih toleran dan penuh kasih sayang. (nov)

Baca Juga : Mendikdasmen Abdul Mu'ti: Ujian Nasional Kembali Digelar pada 2026
Bagikan :