YOGYAKARTA, PustakaJC.co - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X mengingatkan pentingnya akses pendidikan hingga jenjang setara SMA atau wajib belajar 12 tahun. Sultan pun mengingatkan pentingnya akses pendidikan setara bagi perempuan maupun laki-laki.
"Saya mohon dengan sangat bagaimana warga masyarakat yang punya putra belum lulus SMA atau lulus SD maupun SMP bersedia untuk kembali ke sekolah tanpa membedakan jenis kelamin," jelas Sultan di Kabupaten Gunungkidul di Taman Budaya Gunungkidul (TBG) beberapa waktu lalu.
Sultan menyebut sebelum pemerintah pusat mencanangkan wajib belajar 12 tahun, pihaknya sudah lebih dulu menerapkannya.
"Waktu itu pemerintah punya program pendidikan untuk 12 tahun dengan harapan tidak sekadar lulus SMP tapi juga mencapai lulus SMA. Program itu akan dicanangkan di 2015 (oleh pemerintah pusat). Kami di 2013," ujar Sultan.
Sultan mengungkap laporan soal masyarakat yang memberikan perlakuan berbeda terhadap anak perempuannya. Sultan pun meminta jangan lagi ada perbedaan perlakuan orang tua ke anaknya soal akses pendidikan.
"Yang didaftarkan (ke sekolah) anak yang laki-laki saja. Yang perempuan sering tidak didaftarkan, yang perempuan ngurusi rumah tangga. Jadi mereka tidak kembali ke sekolah. Saya mohon seperti itu tidak terjadi lagi," pinta Sultan.
Dia menyebut baik laki-laki maupun perempuan wajib mendapatkan pendidikan yang sama. Sultan pun mengingatkan pentingnya akses pendidikan setara bagi perempuan maupun laki-laki.
"Tantangan zamannya itu sama saja dan kita harus bisa mencapai pendidikan yang tinggi. Tapi jangan yang didaftarkan hanya yang laki-laki tapi yang wanita tidak diberi ruang untuk kembali sekolah," pesan Sultan HB X.
Hal serupa juga diamini oleh Bupati Gunungkidul, Sunaryanta. Dia mendorong para perempuan di Gunungkidul bisa mengakses pendidikan hingga memiliki daya saing.
"Saya terus mendorong perempuan di Gunungkidul bagaimana bisa memiliki akses ke sekolah sehingga memiliki daya saing nantinya," jelas Sunaryanta kepada wartawan saat ditemui di lokasi yang sama.
Sebelumnya, Sunaryanta mengungkapkan indeks pembangunan manusia (IPM) di Kabupaten Gunungkidul hanya di angka 72. Hal tersebut dikarenakan rata-rata pendidikan masyarakat Gunungkidul hanya sampai di tingkat SMP.
"Dari angka tersebut, masyarakat Gunungkidul kira-kira baru mengadopsi pendidikan baru SMP kelas 1. Ini adalah salah satu yang mempengaruhi kenapa indeks pembangunan manusia di Gunungkidul masih berada di angka 72, Bapak," ujar Sunaryanta.
Salah satu usaha Pemkab Gunungkidul untuk meningkatkan IPM, kata Sunaryanta, ialah dengan mengadakan program kejar paket. Pemkab juga mendorong peningkatan ekonomi agar warga dapat mengakses pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
"Salah satunya paket A, B, C. Nanti yang sudah mampu SMP, mampu SMA, bisa melanjutkan ke perguruan tinggi," ucap Sunaryanta.(int)