Khofifah menambahkan, pada tahun 2019, di Jatim ada 344 desa tertinggal. Ketika melihat data tersebut, pihaknya mengundang dari berbagai latar belakang narasumber untuk memberikan Berbagai rekomendasi.
"Berkat rekomendasi tersebut, dalam waktu satu tahun tepatnya tahun 2020 desa tertinggal di Jatim menyisakan 3, kemudian tahun 2021 tidak ada desa tertinggal di Jawa Timur," imbuhnya.
Lebih lanjut dijelaskan Khofifah, di Indonesia per September 2023 ada 613 desa yang masuk kategori Desa Devisa. Dari 613 desa itu, sebanyak 149 desa di Jawa Timur sudah masuk kategori Desa devisa atau 24% dari total Nasional. Artinya, Diantara semua provinsi, desa devisa tertinggi ada di Jawa Timur.
Menurutnya, keberadaan desa devisi menjadi peluang besar bagi masyarakat desa untuk untuk mengembangkan potensi komoditas ekspor sehingga bisa mengundang investor. Investor ini tidak hanya investor asing tetapi juga investor dalam negeri berupa pabrik besar, tapi juga investor dalam negeri yang langsung dirasakan hasilnya oleh masyarakat. Di samping itu, juga akan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat desa sekitar.
"Para kepala desa bisa memanfaatkan peluang desa devisa yang potensinya sangat besar. Artinya, berani melakukan ekspor melalui potensi yang ada di desa. Contohnya seperti rumput laut dari Sidoarjo, tenun dari Gresik dan Lamongan dan alat musik gendang jimbe dari Blitar," terangnya.