SURABAYA, PustakaJC.co - Seorang mahasiswa doktoral dari Universitas Cambridge, Rishi Rajpopat, akhirnya bisa mengatasi masalah gramatikal yang selalu gagal dipecahkan oleh ahli Sansekerta sejak abad ke-5 SM.
Pria berumur 27 tahun ini memecahkan kode aturan yang diajarkan oleh Panini atau yang biasa dikenal sebagai "bapak linguistik", seperti dikutip dari BBC pada Jumat (16/12/2022).
Panini adalah seorang ahli bahasa Sansekerta kuno yang hidup pada 2.500 tahun lalu. Bahasa Sansekerta hanya digunakan oleh 25.000 masyarakat India dari total satu miliar lebih populasi.
Penemuan revolusioner Rishi ini memungkinkan untuk "menurunkan" kata Sansekerta apa pun untuk membangun jutaan kata yang benar secara tata bahasa, termasuk "mantra" dan "guru" dengan menggunakan "mesin bahasa" Panini yang secara luas dianggap sebagai salah satu pencapaian intelektual besar dalam sejarah.
Para ahli bahasa Sansekerta mengatakan bahwa temuan ini membuat tata bahasa Panini dapat diajarkan di komputer untuk pertama kalinya.
Rishi mengurutkan atau membaca algoritma berusia 2.500 tahun untuk pertama kalinya menggunakan "mesin bahasa" Panini secara akurat.
Nah, sistem Panini ini dimaksudkan untuk bekerja layaknya mesin. Sistem tersebut berisi 4.000 aturan yang dirinci dalam karya terbesarnya, Astadhyayi, yang diperkirakan ditulis sekitar 500 SM.
Hal ini bertujuan untuk menemukan kata-kata atau kalimat yang benar secara tata bahasa melalui serangkaian proses. Sayangnya, hingga kini seringkali dua atau lebih dari aturan Panini secara bersamaan berlaku pada langkah yang sama, ini membuat para ahli Sansekerta bingung untuk memilih.
Dalam memecahkan masalah yang kerap disebut "konflik aturan" tersebut yang mempengaruhi jutaan kata Sansekerta, dibutuhkan algoritma.
Panini mengajarkan "metarules" untuk membantu memutuskan aturan mana yang harus diambil jika terjadi "konflik aturan".
Namun, selama 2.500 tahun terakhir, para ahli Sansekerta salah menafsirkan metarules ini. Akibatnya, mereka sering berakhir dengan hasil tata bahasa yang salah.
Sebagai upaya untuk memperbaiki masalah, banyak ahli Sansekerta yang mengembangkan ratusan metarules lain. Tetapi, Rishi menunjukkan bahwa metarules ini tidak hanya gagal memecahkan masalah yang ada dan "mesin bahasa" Panini ternyata mandiri.
Secara tradisional, para ilmuwan menafsirkan metarule Panini sebagai makna bahwa jika terjadi konflik antara dua aturan dengan kekuatan yang sama, maka pemenangnya adalah aturan yang muncul belakangan dalam urutan tata bahasa.
Rishi menolak penafsiran tersebut dan mengatakan bahwa mesin bahasa Panini menghasilkan kata-kata yang benar secara tata bahasa hampir tanpa pengecualian.
Mengutip dari NDTV, Rishi menjelaskan dirinya sempat mengalami momen Eureka setelah berbulan-bulan meneliti dan sempat merasa putus asa untuk melanjutkan.
"Saya mengalami momen eureka di Cambridge. Setelah sembilan bulan mencoba memecahkan masalah ini, saya hampir siap untuk berhenti, saya tidak mendapatkan apa-apa. Jadi saya menutup buku selama sebulan dan menikmati musim panas, berenang, bersepeda, memasak, berdoa dan bermeditasi," katanya.
Ia melanjutkan, dirinya sempat enggan kembali bekerja. Namun, ketika ia membalik halaman bukunya, mulai muncul pola-pola yang menurutnya masuk akal. Dibutuhkan waktu dua tahun untuk menyelesaikan masalah tersebut.
"Murid saya, Rishi, telah memecahkannya. Dia telah menemukan solusi yang luar biasa elegan untuk masalah yang telah membingungkan para sarjana selama berabad-abad. Penemuan ini akan merevolusi studi bahasa Sansekerta pada saat minat terhadap bahasa sedang meningkat," ungkap profesor Sansekerta yang membimbing Rishi Rajpopat di Universitas Cambridge.
Di akhir, Rishi berharap penemuannya ini dapat menanamkan rasa percaya diri terhadap siswa di India.
"Saya harap penemuan ini akan menanamkan rasa percaya diri, kebanggaan, dan harapan kepada siswa di India agar mereka juga dapat mencapai hal-hal hebat." pungkasnya. (int)