Pendidikan & Sastra

Belajar Aksara Kawi, Ikhtiar Melestarikan Warisan Leluhur

Belajar Aksara Kawi, Ikhtiar Melestarikan Warisan Leluhur
Kegiatan belajar mengajar di SMK Peradaban Desa merupakan lembaga pendidikan yang dinaungi oleh yayasan Pondok Pesantren Kreatif Baitul Kilmah, yang beralamatkan di Dusun Kayen, Sendangsari, Pajangan, Bantul, Yogyakarta. Foto Anas

YOGYAKARTA, PustakaJC.co - Sebagai ikhtiar merawat dan menjaga warisan budaya agar tetap lestari, Aksara Kawi memang harus dipelajari karena, hal itu merupakan harta karun yang begitu bernilai.

 

Hal tersebut disampaikan oleh salah satu tenaga pengajar di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Peradaban Desa, Muhammad Yasir.

 

SMK Peradaban Desa merupakan lembaga pendidikan yang dinaungi oleh yayasan Pondok Pesantren Kreatif Baitul Kilmah, yang beralamatkan di Dusun Kayen, Sendangsari, Pajangan, Bantul, Yogyakarta. 

 

"Naskah kuno adalah harta karun maka kunci untuk membukanya itu ya aksara. Kita harus bisa baca," ucap Yasir kepada Pustakajc.co, Kamis (24/11). 

Yasir menjelaskan bahwa perbedaan Aksara Kawi dengan Aksara Hanacaraka emang memiliki tipografi yang berbeda.

"Itu jelas beda ya tetapi ada kesamaan. Mungkin istilah yang tepat adalah berevolusi antara Kawi menjadi Hanacaraka," kata Yasir.

 

Dia juga menjelaskan perbedaan yang nampak antara huruf Kawi dengan Hanacaraka yaitu terletak pada kaki depan dan kaki belakang.

"Hanacaraka cuma ditambahin kaki depan dan kaki belakang. Dan itu kan sebenarnya Aksara Kawi itu kan banyak. Bisa katakan itu jenis fontnya," kata pemuda asal Cirebon ini. 

 

"Itu tergantung dari medianya jika ditulis di lempengan atau prasasti juga memiliki perubahan. Yang di batu cenderung lebih sederhana dan di zaman Majapahit itu banyak lekukan-lekukan jadi lebih estetik," sambungnya.

 

Ditanya soal target pencapaian, Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta, Sastra Inggris itu mengungkapkan, minimal anak-anak didiknya bisa membaca teks kuno. Dengan begitu, lambat laun mereka akan bisa menerjemahkannya.

Karena, kata Yasir untuk menerjemahkan Aksara Kawi dikonversi menjadi huruf latin membutuhkan proses yang cukup lama.

 

"Tentu goalsnya bisa menerjemahkan naskah kuno tapi setidaknya bisa membaca aksara Kawi meskipun belum bisa menerjemahkan. Karena menerjemahkan membutuhkan proses yang panjang. Setidaknya untuk di SMK ini bisa baca itu sudah cukup," tandasnya.

 

Sebagai informasi, SMK Peradaban Desa memiliki beberapa program pembelajaran. Salah satu program unggulannya adalah program membaca dan menulis teks-teks Kawi ala Dinas Bali. Terlepas dari itu, banyak program yang lain seperti belajar Bahasa Inggris ala Kampung Inggris, Pare, Kediri, belajar Bahasa Arab ala Amtsilati dan masih banyak lagi program-program pembelajaran yang  lain. [nas]

Baca Juga : Siap Menempuh Pendidikan di Luar Negeri? Ini Tantangan yang Harus Kamu Hadapi!
Bagikan :