"Semua film-film terbaik selalu mengambil tema dari novel-novel terbaik. Kalau budaya membaca dan menulis novel berkurang bagaimana bisa menghasilkan karya sineas yang terbaik," ujarnya.
Ditambahkannya, kehebatan negara Jepang, Tiongkok dan sejumlah negara lainnya itu karena mereka menghargai karya sastra. "Untuk itu seharusnya pemerintah dan kita semua mendorong orang seperti Mas Arifin untuk terus berkarya," katanya.
Pengasuh Pesantren Mukmin Mandiri, KH Muhammad Zaki menambahkan, dunia perkebunan secara umum menghadapi banyak tantangan, mulia dari soal alih fungsi lahan hingga menurunnya harga komoditas. Namun ditengah-tengah tantangan itu, justru hadir sebuah karya sastra yang mengangkat tema kecintaan pada perkebunan dengan sudut pandang romantisme. "Ini adalah sebuah keluarbiasaan. Seakan ini menambah optimisme kita, bahwa dunia perkebunan masih memiliki harapan besar," ujarnya.