Di hadapan para generasi muda, Suyitno menyinggung tentang gejala serta bahaya ekstremisme dan intoleransi di berbagai segmen dan agama. Hal ini perlu menjadi perhatian dan keterlibatan Gen Z dalam mengantisipasinya.
“Bukan hanya di kalangan internal saja, bahkan generasi muda bisa speak up lintas negara seperti di India, Myanmar, dan Indonesia,” ujarnya.
Suyitno lalu mencontohkan sejarah perang Salib yang terjadi hampir dua abad lalu (akhir abad ke-11 hingga akhir abad ke-13). Perang ini sering dikaitkan dengan penggunaan simbol-simbol agama. Padahal, yang terjadi adalah perang berbagai kepentingan, mulai kepentingan politik, ekonomi, hingga status sosial. Agama dijadikan sebagi trigger, bahkan digunakan untuk upaya provokasi.
“Dalam kondisi ini, kita harus berhati-hati. Sebab, problem keagamaan yang mudah disulut, sangat potensial digunakan oleh pihak tertentu, terutama sebagai justifikasi isu politik, perdagangan, dan relasi kuasa,” tandasnya.