JAKARTA, PustakaJC.co - Wafatnya Paus Fransiskus pada Senin, 21 April 2025, tidak hanya menjadi duka bagi umat Katolik, tetapi juga mengingatkan dunia akan pentingnya kerja sama antaragama. Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menyebut sosok Paus sebagai teladan dalam membela kemanusiaan tanpa sekat keyakinan.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyampaikan duka mendalam atas wafatnya Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia. Ia wafat dalam usia 88 tahun setelah menjalani masa pelayanan penuh kasih selama lebih dari satu dekade. Dilansir dari nu.or.id, Senin, (21/4/2025).
“Atas nama Jam’iyah Nahdlatul Ulama saya menyampaikan duka cita yang teramat dalam atas berpulangnya Sri Paus Fransiskus,” kata Gus Yahya, Senin (21/4/2025).
Menurut Gus Yahya, Paus Fransiskus merupakan simbol kehangatan dan harapan di tengah dunia yang penuh perpecahan. Ia dikenal sebagai pemimpin yang membuka pintu-pintu dialog antaragama dan memperjuangkan hak-hak dasar manusia tanpa memandang latar belakang.
“Uluran kasih sayang beliau kepada umat manusia tanpa membedakan latar belakang apapun adalah teladan paripurna,” ungkap Gus Yahya.
Salah satu tonggak penting dalam kepemimpinannya adalah Piagam Persaudaraan Kemanusiaan yang ia tandatangani bersama Grand Syekh Al-Azhar, Syekh Ahmad ath-Thayyib, pada 2019 lalu. Dokumen ini mendorong persatuan dan kerja sama antara umat Islam dan Katolik secara global.
“Inisiatif beliau bersama Syekh Al-Azhar adalah ikon dari perjuangan kemanusiaan di tengah gejolak yang tidak mudah,” ujar Gus Yahya.
Dalam kesempatan ini, Gus Yahya menegaskan komitmen PBNU untuk meneruskan semangat kolaborasi lintas iman yang telah dibangun.
“Nahdlatul Ulama akan menyertai gereja Katolik dan segenap umat manusia untuk melanjutkan semangat dan perjuangan yang telah ditinggalkan oleh Sri Paus Fransiskus,” tutup ketua PBNU ini.
Warisan Paus Fransiskus bukan hanya dalam bentuk ajaran, tetapi juga dalam langkah konkret membangun jembatan antarumat beragama. Kepergiannya menjadi pengingat bahwa nilai-nilai kemanusiaan adalah bahasa yang bisa menyatukan siapa pun, di mana pun. (Ivan)