JAKARTA, PustakaJC.co - Rencana memproduksi iPhone sepenuhnya di Amerika Serikat kembali diperbincangkan seiring kebijakan tarif impor yang digaungkan kembali oleh pemerintahan Trump. Namun, sejumlah analis menilai langkah ini berpotensi membuat harga iPhone jauh lebih mahal dibanding saat diproduksi di Asia.
Saat ini, lebih dari 80% perangkat Apple dirakit di China melalui mitra seperti Foxconn. Upaya untuk memindahkan produksi ke AS akan memerlukan investasi besar, waktu panjang, dan sumber daya manusia yang memadai. Dilansir dari detik.com Minggu, (13/4/2025).
Analis dari Wedbush, Dan Ives, menyebutkan bahwa iPhone buatan AS bisa dibanderol hingga USD 3.500 atau sekitar Rp 58,7 juta, mengingat tingginya biaya tenaga kerja dan infrastruktur.
“Apple kemungkinan harus mengalokasikan USD 30 miliar dalam tiga tahun hanya untuk memindahkan 10% rantai pasokannya ke AS.” kata Ives Managing Director & Senior Equity Research Analyst.
Di sisi lain, analis Bank of America Securities, Wamsi Mohan, menyatakan bahwa upah pekerja di AS yang lebih tinggi bisa menaikkan harga iPhone 16 Pro sebesar 25%, dari USD 1.199 (Rp 20,1 juta) menjadi sekitar USD 1.500 (Rp 25 juta). Jika tarif diterapkan secara penuh, kenaikan harga bisa mencapai 91%.
Tenaga kerja juga menjadi faktor penentu. CEO Apple, Tim Cook, pernah menyoroti keterbatasan jumlah teknisi terampil di AS, berbeda dengan China yang memiliki tenaga ahli dalam jumlah besar dan infrastruktur yang mendukung produksi berskala besar.
Sejarah menunjukkan bahwa upaya sebelumnya untuk memproduksi secara lokal tidak selalu berhasil. Proyek Foxconn di Wisconsin yang direncanakan senilai USD 10 miliar pada akhirnya tidak memproduksi produk utama Apple dan hanya menciptakan sekitar 1.454 lapangan kerja dari target 13.000.
Meskipun produksi iPhone skala besar di AS dinilai sulit, analis Erik Woodring dari Morgan Stanley menyebut Apple mungkin akan memproduksi produk kecil seperti AirTags atau HomePod dalam jumlah terbatas di AS. Apple juga telah mengalokasikan dana investasi USD 500 miliar untuk proyek infrastruktur teknologi, termasuk fasilitas semikonduktor di Arizona bersama TSMC.
“Ini akan memakan waktu bertahun-tahun, jika memungkinkan.” ujar Mohan Managing Director & Senior IT Hardware Analyst itu menegaskan kompleksitas transisi ini.
Hingga saat ini, Apple masih berupaya menjaga efisiensi biaya dan harga kompetitif melalui kerja sama dengan mitra global, serta strategi negosiasi kebijakan seperti yang pernah dilakukan dalam produksi Mac Pro di Texas pada 2019. (Ivan)