JAKARTA, PustakaJC.co - Nilai tukar rupiah terus menunjukkan tren pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Beberapa bank nasional kini telah menjual dolar mendekati level Rp 17.000, seiring dengan pengaruh eksternal seperti kebijakan tarif impor dari Pemerintah AS.
Presiden AS Donald Trump resmi memberlakukan tarif impor 32% terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia, yang mulai berlaku 9 April 2025. Kebijakan ini dinilai memperkuat dolar dan menekan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah. Dilansir dari detik.com Senin, (7/4/2025).
Pantauan perbankan per 6 April 2025 menunjukkan harga jual dolar di beberapa bank besar nyaris menyentuh Rp 17.000:
- BNI (Special Rate): Rp 16.955
- OCBC NISP: Rp 16.993
- BCA: Rp 16.950
- BRI: Rp 16.940
- Sinarmas: Rp 16.850
Adapun kurs beli berada di kisaran Rp 16.355 – Rp 16.658.
Pengamat pasar mata uang, Ibrahim Assuabi, mengatakan pelemahan rupiah sangat dipengaruhi oleh situasi perdagangan global, terutama kebijakan tarif baru dari AS.
“Kemungkinan besar jika level Rp 16.900 tembus, kurs dolar bisa menyentuh Rp 17.000. Perang dagang yang dimulai sejak 2 April memperbesar tekanan terhadap nilai tukar rupiah,” jelas Ibrahim saat dihubungi, Jumat (4/4/2025).
Menurutnya, pemerintah perlu memperkuat strategi untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan memberikan kepastian bagi pelaku usaha, terutama yang bergantung pada bahan baku impor.
“Kita lihat dalam beberapa bulan terakhir rupiah sempat menguat, tapi tidak bertahan lama. Artinya, strategi jangka panjang harus segera disiapkan,” tambah pengamat mata uang itu.
Kenaikan nilai tukar dolar berpotensi berdampak pada sektor industri dan konsumsi, terutama yang bergantung pada impor. Biaya produksi bisa meningkat, dan harga barang impor bisa ikut naik.
Pemerintah dan otoritas moneter diharapkan tetap waspada dan menjaga koordinasi lintas sektor agar stabilitas nilai tukar tetap terjaga di tengah dinamika global yang terus bergerak. (Ivan)