"Mari dengan semangat gotong royong dan kebersamaan, kita nguri-uri kabudayan. Mari kita jadikan Kawasan Sumbu Filosofi ini menjadi tempat yang aman dan tahan terhadap resiko bencana. Demi masa depan yang lebih cerah bagi generasi yang akan datang," ungkapnya.
Sementara itu, Manggar Sari, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X menyampaikan, kebudayaan sebagai modal utama untuk membangun negara. Kebudayaan sebagi sumber daya untuk menghadapi berbagai tantangan, seperti ekologi, ekonomi dan sosial.
Dikatakan oleh Manggar Sari, Provinsi DIY secara umum, dan kawasan Sumbu Filosofi secara khusus memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologi dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana. Baik bencana yang disebabkan oleh faktor alam maupun faktor manusia.
Lebih lanjut ia menjelaskan, Komite Warisan Dunia sebagai perwakilan komunitas internasional memberi perhatian khusus pada resiko bencana di kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta. Hal ini tertuang dalam salah satu isi keputusan yang menyertai inskripsi Sumbu Filosofi Yogyakarta, yaitu meminta Pemerintah Indonesia untuk melanjutkan penyusunan Rencana Pengelolaan Resiko Bencana pada Sumbu Filosofi, termasuk menyiapkan berbagai pelatihan terkait kesiapsiagaan bencana.