Lebih lanjut Gatot menyampaikan, total titik kekeringan kritis di Jawa Timur sepanjang musim kemarau 2023 ini ada 500 titik. Angka tersebut lebih sedikit dibanding tahun 2022 lalu.
"Jumlahnya menurun bila dibandingkan tahun lalu. Tahun ini 500 desa kering kritis, tahun lalu 513. Kemudian untuk kering langka (jarak sumber air di bawah 3 km) saat ini ada 253 desa. Lalu untuk titik kering langka terbatas (jarak sumber air di bawah 1 km) ada 91 desa tahun 2023 ini," tandasnya.
Sebelumnya Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Kelas II Malang melaporkan bahwa seluruh wilayah kabupaten/kota kecuali Lumajang di Jawa Timur terdampak hari tanpa hujan (HTH). Kondisi yang berimbas kekeringan itu masuk kategori ekstrem.
"Berdasarkan monitoring hari tanpa hujan di Jatim berturut-turut pada dasarian I September 2023, ini ternyata wilayah Jatim sudah mengalami kekeringan ekstrem lebih dari 60 hari yang merata hampir di seluruh wilayah Jatim dan 10 wilayah mengalami HTH dengan kategori sangat panjang, 31 sampai 60 hari," kata Kepala Stasiun Klimatologi Kelas II Malang Anung Suprayitno dikutip dari Konferensi Rilis Prakiraan Hujan 2023, Kamis (14/9/2023).
Dia menjelaskan bahwa wilayah-wilayah yang mengalami HTH kategori sangat panjang (31-60 hari) meliputi Ngawi, Pacitan, Kediri, Malang, Lumajang, Jember, Banyuwangi, Bojonegoro, Tuban, dan Sampang. (int)