“Contoh misalkan saja ada peraturan tentang penggunaan plastik supaya tidak terjadi pencemaran laut, tetapi kemudian para pedagang pasar komplain. Tiba-tiba ada politisi lain yang bilang, kalau sama saya, saya nggak ada masalah. Ini pilihan masyarakat kita, dari apa yang menjadi kaedah-kaedah terbaik yang harusnya kita adopsi,” jelas Emil.
Lebih lanjut Emil menjelaskan, hal tersebut kini menjadi sebuah realita politik. Meski begitu hal ini merupkan pragmatisme dan merupakan ciri berpolitik yang buruk.
“Maka dari itu, kalau ada para teknokrat harus bisa mewarnai ini dengan kaidah-kaidah yang harusnya diikuti. Nah baru politisi ini kemudian tidak bisa sembarangan mengambil hal-hal yang istilahnya politik sesuatu yang gampang-gampang aja kalau suara,” ujarnya.
Dalam sarasehan yang dibalut dengan nuansa keakraban tersebut, Wagub Emil juga menyampikan terkait dimensi meritocracy. Dirinya mengajak agar budaya ini diimbangi dengan sistem yang berbasis kualitatif atau kualitas.