Di bidang energi, ujar Kepala Negara, pemerintah telah menggelontorkan subsidi untuk menekan dampak dari lonjakan harga bahan bakar minyak (BBM) bagi masyarakat.
“Kita patut bersyukur, alhamdulillah kalau bensin di negara lain sekarang harganya sudah Rp32.000, Rp31.000, di Indonesia pertalite masih Rp7.650. Tapi juga perlu kita ingat subsidi terhadap BBM itu sudah sangat terlalu besar, dari Rp170-an (triliun) sekarang sudah Rp502 triliun,” ujarnya.
Konflik Rusia dan Ukraina, ujar Presiden, telah memicu lonjakan harga komoditas pangan akibat tersendatnya pasokan dari dua negara produsen gandum tersebut.
“Ukraina plus Rusia jumlah stok gandumnya ada 207 juta ton. Inilah yang sekarang ini menyebabkan 330 juta orang kelaparan. Dan mungkin enam bulan lagi bisa 800 juta orang akan kelaparan dan kekurangan makan akut karena tidak ada yang dimakan,” ujarnya.