SURABAYA, PustakaJC.co - Menguap atau rasa kantuk berlebih bukan sekadar akibat bosan atau kurang tidur sesaat. Menurut American Academy of Sleep Medicine (AASM), kantuk berlebihan bisa menjadi gejala gangguan tidur atau masalah kesehatan kronis.
“Kurang tidur berkualitas telah dikaitkan dengan risiko diabetes, depresi, penyakit jantung, hipertensi, obesitas, hingga stroke,” kata Dr. Eric Olson dari Mayo Clinic, dikutip CNN International, Kamis (17/4/2025).
Dr. Kristen Knutson dari Northwestern University menambahkan, seseorang yang cukup tidur tidak akan mudah tertidur dalam situasi pasif. Sementara Dr. Indira Gurubhagavatula dari Penn Medicine memperingatkan risiko microsleep, yakni tidur singkat selama beberapa detik yang bisa terjadi tanpa disadari berbahaya terutama saat mengemudi.
Yang mengkhawatirkan, kata Gurubhagavatula, kekurangan tidur kronis membuat seseorang tak mampu menilai kondisi tubuhnya secara objektif. Tes Epworth Sleepiness Scale dapat digunakan untuk mengevaluasi tingkat kantuk. Skor di atas 10 perlu diwaspadai dan ditindaklanjuti secara medis.
Kantuk juga bisa dipicu gangguan seperti sleep apnea, insomnia, atau gaya hidup seperti konsumsi alkohol sebelum tidur. Para ahli menekankan pentingnya menjaga sleep hygiene: hindari kafein berlebih, ciptakan lingkungan tidur nyaman, dan tidur secara teratur demi kesehatan dan kewaspadaan optimal. (nov)