SURABAYA, PustakaJC.co - Setiap bayi yang lahir ke dunia memiliki karakter fisik yang unik, memulai perjalanan hidupnya dengan tangisan dan gerakan kecil sebagai bentuk terima kasih kepada ibunya yang telah menjaganya selama sembilan bulan di kandungan.
Orang tua pun telah mempersiapkan nama penuh makna, sebagai harapan agar kelak anak mereka tumbuh menjadi pribadi yang mencerminkan keindahan namanya. Seiring waktu, bayi tersebut akan menjalani perjalanan hidup yang terus berkembang hingga mencapai kedewasaan.
Ambil contoh seorang pria bernama Farikh, yang bekerja sebagai staf akuntansi di sebuah perusahaan swasta. Jika ditanya siapa dirinya, ia akan dengan mudah menjawab, "Saya Farikh, pekerja swasta, 24 tahun."
Tentu saja, Farikh mengetahui namanya, profesinya, dan usianya. Namun, apakah ia benar-benar memahami jati dirinya? Apakah ia mengetahui tujuan hidupnya yang sebenarnya? Mengenali diri sendiri bukan hanya sekadar mengetahui nama dan ciri fisik, tetapi juga memahami lebih dalam tentang siapa kita sebenarnya.
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, kita dibekali dengan keunikan yang sering kali luput kita sadari. Banyak orang lebih sibuk mengagumi keterampilan dan pencapaian orang lain dibanding menggali potensi dalam dirinya sendiri. Tidak ada yang salah dengan mengagumi orang lain, karena itu adalah bentuk apresiasi yang wajar.
Namun, jangan sampai kekaguman tersebut membuat kita kehilangan jati diri dan hanya mengikuti jejak orang lain tanpa benar-benar memahami potensi yang ada dalam diri kita.
Coba tanyakan pada diri sendiri:
Apa kelebihanku?
Apa kekurangan yang menghambat perkembanganku?
Apa yang paling kusukai dan tidak kusukai?
Apa nilai hidup yang paling mencerminkan diriku?
Aku ingin menjadi pribadi seperti apa?
Mengapa hal tersebut penting bagiku?
Dengan kelebihanku, apa yang bisa kulakukan untuk mencapai tujuan hidupku?
Dengan kekuranganku, bagaimana cara mengatasinya agar aku bisa berkembang?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah bentuk refleksi untuk mengenali diri lebih dalam. Sering kali, banyak orang mengabaikan pertanyaan-pertanyaan ini atau bahkan menggunakannya untuk menilai orang lain. Padahal, memahami diri sendiri adalah langkah penting untuk menemukan arah hidup yang jelas dan sesuai dengan kapasitas kita.
Dengan mengenali diri sendiri, kita dapat menerima kekurangan tanpa perlu menyangkalnya, justru menjadikannya sebagai aspek yang bisa dikembangkan. Begitu pula dengan kelebihan, kita bisa memanfaatkannya secara optimal untuk mencapai tujuan hidup.
Mengenali diri juga membantu kita untuk menjadi pribadi yang autentik dan berkarakter kuat. Oleh karena itu, mulailah memberi perhatian lebih pada diri sendiri dengan menggali lebih dalam tentang siapa kita sebenarnya.
Dengan memahami jati diri, kita dapat menjalani hidup dengan lebih bermakna dan percaya diri. Ingat, setiap manusia diciptakan dengan keunikan masing-masingtemukan potensimu dan pancarkan sinarmu! (nov)