Dulu, istilah seperti "gold digger" atau "matre" digunakan untuk menggambarkan hubungan yang didasarkan pada motif finansial. Kini, istilah "throning" muncul dengan makna yang lebih luas, mencakup tidak hanya dorongan untuk memperoleh materi, tetapi juga kekuasaan, popularitas, dan pengaruh. Seolah-olah, orang tidak lagi hanya ingin "menggali emas," tetapi juga berambisi untuk duduk di puncak kekuasaan.
Namun, sisi gelap dari fenomena throning ini adalah tekanan yang muncul untuk terus menjaga citra ideal di mata publik. Hal ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, terutama bagi individu yang merasa harus selalu membuktikan diri.
"Penting untuk mengenali nilai intrinsik seseorang yang tidak bergantung pada persepsi masyarakat," kata Divyanshi.
"Mengutamakan rasa hormat, nilai bersama, dan koneksi emosional yang autentik seharusnya menjadi prioritas dalam membangun hubungan," tambahnya. (nov)