SURABAYA, PustakaJC.co - Dilansir dari laman halodoc, menurut psikolog anak Laura Markham, penulis Peaceful Parent, Happy Kids, terlalu sering mengatakan "jangan" kepada anak dapat menghambat inisiatif dan kreativitas mereka.
Markham menjelaskan bahwa, meskipun kata "Jangan" penting untuk menetapkan batasan demi perkembangan emosional, fisik, dan mental anak, penggunaan yang berlebihan dapat menekan keberanian anak untuk mengambil langkah spontan atau mencoba hal baru. Penjelasan lebih lengkapnya dapat Anda temukan di bawah ini!
Kapan Harus Mengatakan “Jangan”
Menetapkan batasan untuk anak sering kali menjadi tantangan tersendiri. Anak-anak mungkin merespons dengan memohon, berdebat, menangis, menyalahkan, atau terus-menerus menuntut, yang dapat membuat orangtua merasa tidak nyaman.
Sebagian orangtua mungkin memilih menyerah demi menghindari konflik, sementara yang lain merasa bersalah karena mengecewakan anak mereka. Padahal, mengatakan "tidak" adalah bagian penting dari tanggung jawab orangtua.
Namun, penting untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk mengatakannya. Jangan sampai penggunaan kata "jangan" terlalu sering justru membuat anak merasa terkekang dan menghambat perkembangan psikologis maupun sosial mereka.
Berikut beberapa situasi di mana orangtua disarankan untuk mengatakan ”jangan” pada anak.
1. Ketika Tindakan Anak Berpotensi Membahayakan atau Merusak
Anak-anak sering kesulitan memprediksi konsekuensi negatif dari tindakan mereka. Karena itu, mereka membutuhkan bimbingan dari orangtua untuk membuat pilihan yang lebih bijak. Dalam situasi ini, alih-alih hanya melarang,
orangtua sebaiknya menawarkan alternatif kegiatan yang lebih aman. Alternatif ini bukan untuk mengekang, melainkan memberikan opsi yang lebih baik. Sertakan juga penjelasan mengapa tindakan tersebut dilarang. Misalnya, melarang anak melompat di sofa dengan menjelaskan risiko jatuh atau menyebabkan benda di sekitar rusak.
2. Ketika Anak Dapat Melakukan Sesuatu Sendiri
Kadang-kadang anak meminta bantuan untuk hal-hal yang sebenarnya bisa mereka lakukan sendiri. Meskipun memberikan bantuan sesekali tidak masalah, anak perlu berlatih mandiri agar menyadari kemampuan mereka dan tumbuh menjadi lebih percaya diri.
3. Ketika Keinginan Bukan Kebutuhan
Tidak semua permintaan anak harus dipenuhi, terutama jika itu hanya sebatas keinginan. Orangtua perlu membantu anak memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan agar mereka belajar menghargai prioritas.
4. Ketika Terjadi Perubahan Rencana
Hidup tidak selalu berjalan sesuai rencana. Dalam situasi seperti ini, orangtua dapat menawarkan rencana alternatif dan mengajarkan anak untuk menerima perubahan dengan lapang hati. Hal ini membantu anak menjadi lebih dewasa dalam menghadapi ketidakpastian.
5. Ketika Orang Lain Lebih Membutuhkan
Penting untuk mengajarkan anak agar tidak selalu mementingkan diri sendiri. Membantu mereka memahami bahwa terkadang kepentingan orang lain harus diutamakan adalah pelajaran berharga yang akan bermanfaat di masa depan.
6. Ketika Permintaan Anak Tidak Baik untuk Mereka
Anak mungkin bersikeras meminta sesuatu yang sebenarnya kurang bermanfaat atau sudah terlalu sering diberikan. Dalam situasi ini, mengatakan “jangan” meskipun mungkin akan memicu ketegangan, adalah langkah yang bijak. Hal ini mengajarkan anak pentingnya memahami prioritas dan memilih apa yang benar-benar baik untuk mereka.
Mengatakan “jangan” kepada anak adalah bagian penting dari pengasuhan, tetapi harus dilakukan dengan bijak dan penuh pertimbangan. Larangan yang tepat waktu dan disertai penjelasan membantu anak memahami batasan, membuat pilihan yang lebih baik, dan tumbuh menjadi individu yang mandiri serta bertanggung jawab.
Namun, terlalu sering melarang dapat menghambat kreativitas dan inisiatif mereka. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk menyeimbangkan antara memberikan kebebasan dan menetapkan batasan. (nov)