Gaya Hidup

Batik Tanah Priangan yang Ingin Lepas dari Pengaruh Mataram

Batik Tanah Priangan yang Ingin Lepas dari Pengaruh Mataram
dok inside

 

“Motif kembang, pasi-pasi, kalangkang ayakan, poleng rengganis, jayanti, boeh siang, surat awi, ragen penganten, hingga boeh alus. Warna-warna yang digunakan kuning, dan coklat tanah, serta biru dari pohon tarum,” tulisnya.

 

Tetapi setelah runtuhnya Kerajaan Sunda tahun 1579 membuat motif-motif tersebut tak pernah disebut lagi. Apalagi saat itu bertepatan dengan invasi pasukan Mataram. Para bupati kemudian diwajibkan mengenakan batik motif Mataram.

 

“Saat itu orang Sunda harus memakai batik dan memakai pakaian seperti orang Jawa, kecuali tutup kepala yang diperbolehkan dipakai sesekali,” jelasnya.

 

Batik Priangan kembali bangkit setelah terjadinya krisis moneter akibat Perang Dunia I. Tepatnya tahun 1930, dengan munculnya industri batik rumahan di Tasikmalaya, Ciamis, dan juga Garut.

 

Batik yang dibuat saat itu adalah batik-batik motif baru atau modifikasi dari motif lama (Mataram), tetapi bukan motif zaman Pajajaran. Misalnya di Garut yang mulai ada pembatik sejak 1910.

Baca Juga : Bambu Air, Dipercaya Membawa Keberuntungan
Bagikan :