Gaya Hidup

Di Balik Reog Ponorogo, Ada Balutan Kisah Cinta dan Gigihnya Perlawanan

Di Balik Reog Ponorogo, Ada Balutan Kisah Cinta dan Gigihnya Perlawanan
dok inside

 

“Sebelumnya, reog dimainkan oleh dua orang seperti barongsai di China. Satu orang memainkan kepala dan dua kaki depan, satu orang bermain sebagai badan dan dua kaki belakang. Topengnya berupa kepala harimau dengan dadak merak kecil seperti mahkota,” tuturnya.

 

Hal ini juga berkaitan dengan ejaan yang betul yakni reyog, bukan reog sebagaimana selama ini dikenal masyarakat Indonesia. Penggunaan istilah reog baru dipakai saat Bupati Markum Singodimejo menjabat (1994-2004), sebagai akronim slogan Kabupaten Ponorogo.

 

Kata reyog sendiri berasal dari bunyi rumpun bambu yang bergoyang ditiup angin, “reyag-reyog”. Bagi masyarakat animisme dan dinamisme, rumpun bambu ini dianggap sebagai sesuatu yang penting.

 

“Rumpun bambu bergoyang tertiup angin yang mengeluarkan bunyi “reyag-reyog” dianggap bagaikan sapu yang membersihkan dan menolak bala yang terjadi di masyarakat,” jelas Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Ponorogo ini.

Baca Juga : Tilang Sistem Poin Mulai Diterapkan di Indonesia, Cek Aturannya, Jangan Sampai Kena Sanksi!
Bagikan :