SURABAYA, PustakaJC.co - Kentongan tentunya akrab sebagai sarana pendamping saat masyarakat Indonesia sedang melakukan ronda atau siskamling. Alat bunyi bunyian yang berasal dari bambu atau kayu berongga itu dibunyikan dan dipukul oleh tongkat pemukul tepat di bagian tengah badannya untuk menyatakan tanda waktu, makna bahaya hingga mengumpulkan warga oleh petugas ronda atau oleh warga desa jika mendesak.
Ronda biasa dilakukan beregu hingga tujuh orang saat malam hari untuk mengawasi desa atau komplek dari tindak pencurian, memantau waspada bahaya misalnya bencana alam dan menginformasi kepada warga mengenai keadaan sekitar.
Cara orang orang yang sedang ronda memberikan informasi kepada warga yang di rumah adalah dengan membunyikan kentongan. Karena jenis informasi tidak hanya ada satu macam saja, maka ada aturan bunyi kentongan untuk setiap pesan yang berbeda. Penting bagi semua warga untuk mengetahui makna dari bunyi kentongan yang dipukulkan petugas ronda.