Alih-alih bertindak lebih berperi kemanusiaan, Jepang lalu menjalankan propaganda dengan mempengaruhi rakyat Indonesia untuk belajar hidup prihatin. Dari sinilah asal-asul kebiasaan membawa bekal di masyarakat leluhur kita bermula. Seperti dikutip dari Goodnews from Indonesia, kebijakan nutrisi warga di masa perang diarahkan untuk berlaku “sederhana” dalam simbolisme patriotik Hinomari Bento yang berarti “kotak makan siang Matahari Terbit”.
Secara harfiah, Hinomari Bento diterapkan berupa tempat makan berbentuk persegi panjang untuk makan siang berisi nasi dan acar yang ditempatkan di tengah seperti halnya meniru pola bendera Jepang, Hinomaru.
Pihak militer Jepang mengadopsi konsep Hinomaru Bento pada 1937 dari inisiatif sekolah perempuan di Hiroshima yang para muridnya selalu makan siang dari wadah kotak-kotak makanan. Praktik ini dijalankan sebagai bentuk solidaritas dengan pasukan tempur di Tiongkok. Sejak 1939, gagasan itu berlaku bagi sekolah di seluruh negeri dan menjadi simbol persatuan bangsa Jepang.