Dari hal tersebut, warga pribumi tidak tinggal diam. Mereka berhasil menanamkan nilai persatuan dan kesatuan untuk mengusir para penjajah. Nilai-nilai itulah yang melahirkan semangat gotong royong, kesantunan, dan budi pekerti luhur bagi warga Indonesia. Nilai-nilai keindonesiaan itu yang terasa hingga sekarang.
Tidak hanya itu, kebiasaan warga barat yang sering mabuk-mabukan juga memengaruhi masyarakat kala itu. Warga barat tidak mau tahu soal norma-norma yang berlaku. Lalu, tidak adanya batasan antara hubungan laki-laki dan perempuan. Tidak heran, banyak kerajaan Islam yang melakukan perlawanan kepada penjajah kala itu.
Dalam masa sekarang, pergeseran budaya semakin terlihat dengan budaya kebarat-baratan. Budaya tersebut melahirkan generasi yang kapitalis, modern, westernisasi, dan semisekuler. Tentu Kawan tidak mau terjadi hal itu, kan? Jadi, Kawan dapat mengamalkan nilai-nilai Pancasila yang bisa dijadikan panduan bagi Kawan dalam berbangsa dan bernegara.
5. Bidang Pendidikan
Ketika politik etis diberlakukan, warga pribumi mendapat kesempatan untuk mengakses pendidikan di sekolah formal. Contohnya, jenjang sekolah dasar ada Hollands Inlandse School (HIS). Lalu, jenjang SMP, ada MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs).
Di bidang perguruan tinggi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dulunya adalah STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen). Dengan ini akhirnya muncul kaum terpelajar yang menghasilkan pergerakan para pemuda di Indonesia.