SURABAYA, Pustakajc.co - Hamparan motif batik dari berbagai daerah di Indonesia, terlihat jelas di exhibition hall Grand City Surabaya.
Berbagai corak motif batik, terpajang jelas di setiap stan yang ada di gedung tersebut. Ada motif bercorak daun tembakau khas Jember, ada yang bercorak jayastamba khas Nganjuk, ada pula bermotif sparkling khas Surabaya, serta motif bercorak honai milik Jayapura, Papua.
Direktur Utama PT Debindo Mitra Tama Dadan Moch. Kushendarman menyampaikan, hadirnya beragam jenis batik di exhibition hall Grand City Surabaya kali ini, merupakan bagian dari gelaran batik fashion fair 2022.
Sebagai penyelenggara, tahun ini Debindo menghadirkan kurang lebih sekitar 136 peserta dari berbagai daerah baik dari Jawa Timur (Jatim) maupun dari luar Jatim.
"Peserta tahun ini sangat banyak, selain dari sejumlah perangkat dinas di Jatim, ada juga 20 peserta dari luar Jatim seperti Semarang, sleman dan yang terjauh dari Jayapura Papua," kata Dadan Moch. Kushendarman dalam sambutannya, Rabu (16/11/2022).
Menurut Kushendarman, gelaran batik fashion fair 2022 kali ini akan berlangsung selama 5 hari. Terhitung sejak pembukaan hari ini, Rabu (16/11/2022) hingga Minggu (20/11/2022).
Dalam menyukseskan gelaran tersebut, pihaknya bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jatim, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jatim, Kamar Dagang dan Industri Jatim serta Indonesia Exhibition Companies Association.
"Acara kali ini juga ada fashion show dari asosiasi dan model, ada lomba karaoke daerah, ada juga talk show dan pemeriksaan kesehatan khususnya kanker," katanya.
Sementara Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jatim Arumi Bachsin menyampaikan, dengan adanya gelaran kali ini diharapkan menjadi katalistor bagi pertumbuhan ekonomi di Jatim.
"Tema kali ini pelangi setelah pandemi, jadi kita harapkan dengan adanya kegiatan ini dapat menjadi semangat baru bagi para pengrajin, pembatik dan UMKM serta industri kreatif di Jatim, untuk bangkit kembali setelah diterpa pandemi covid-19 selama 2 tahun," kata Arumi.
Selain produk batik, gelaran kali ini juga menghadirkan beberapa produk lain seperti produk sulaman, kebaya, busana muslim tradisional, produk kulit, aksesoris, perhiasan, batu permata mutiara, produk agrikultur, furnitur, makanan, minuman, kosmetik dan kesehatan wanita.
"Peserta tahun ini sangat banyak, jadi diharapkan terjadi peningkatkan transaksi sehingga menjadi peluang untuk UKM dan IKM untuk berkembang. Kami (dekranasda Jatim) selalu siap memfasilitasi dan mensupport," katanya.
Senada dengan itu, Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak mengapresiasi gelaran batik fashion fair 2022 kali ini. Menurutnya, gerlaran tersebut merupakan ide kreatif dalam menyasar pasar yang lebih luas.
"Kami melihat even ini sangat bagus. Ini kreatif. Karena di era sekarang, kita harus menciptakan momentum sehingga dapat menjangkau market lebih besar lagi," kata Emil.
"Batik market utama masih dalam negeri. Adanya even seperti ini, diharapkan mampu memperluas pangsa pasar batik, menjadi fashion modern dan modis," tambahnya lagi.
Di Jatim kata Emil, sektor yang konsisten terus berkembang selama 2 tahun terakhir adalah sektor perdagangan. Hingga kuartal III 2022, sektor perdagangan di Jatim tumbuh mencapai 20%.
"Jadi peluangnya sudah ada. Tinggal bagaimana kita menciptakan momentum yang tepat sehingga perdagangan khususnya untuk industri batik dapat meningkat," katanya.
Salah satu strategi yang patut dilakukan kata Emil, adalah dengan merubah atau mendesain kembali batik menjadi lebih modis dan modern sehingga diminati oleh generasi milenial.
"Kalau kita lihat datanya, pencinta batik ini terus naik. Tahun ini saya dengar ada sekitar 20 ribu pencinta fashion batik. Tinggal bagaimana kita mengeksplore karya-karya ini menjadi semakin modis dan modern," ucapnya. (sam)