Hal unik dari suku ini adalah kehidupan mereka di daerah pedalaman dan menggantungkan hidup pada alam. Mereka masih hidup secara tradisional dan tak tersentuh perkembangan zaman. Masyarakat Suku Sakai juga biasanya tinggal di pondok sederhana yang dihuni beberapa keluarga inti.
Pondok tempat tinggal mereka cenderung mudah dibongkar dan mudah dipindahkan ke tempat lain karena memiliki kebiasaan berpindah-pindah atau nomaden. Sehari-hari, mereka memanfaatkan berbagai sumber daya dari alam. Bahkan, pakaiannya pun terbuat dari kulit kayu.
Untuk ritual dikei sendiri biasa dilakukan untuk mengembalikan semangat manusia yang telah hilang. Masyarakat Sakai percaya bahwa hilangnya semangat itu merupakan penyebab orang menjadi sakit. Semangat digambarkan sebagai sesuatu yang rapuh, dapat hilang setiap saat karena kejutan, mudah terpikat, dan tergoda pada alam lain. Ketika semangat hilang, orang juga akan kehilangan kesadaran dan tubuh akan mengikuti kehendak yang memanggilnya.