Rido menyebut masyarakat Ponorogo kemudian memilih roh harimau yang dianggap sebagai roh binatang hutan terkuat, dan roh binatang merak yang dianggap sebagai roh binatang hutan terindah.
Oleh para seniman di masa lalu, jelasnya, simbol roh harimau dan burung merak itu kemudian digambarkan sebagai kepala harimau yang disebut barongan dan dadak merak yang terus mengalami perkembangan menjadi topeng reog yang saat ini dikenal.
“Sebelumnya, reog dimainkan oleh dua orang seperti barongsai di China. Satu orang memainkan kepala dan dua kaki depan, satu orang bermain sebagai badan dan dua kaki belakang. Topengnya berupa kepala harimau dengan dadak merak kecil seperti mahkota,” tuturnya.
Hal ini juga berkaitan dengan ejaan yang betul yakni reyog, bukan reog sebagaimana selama ini dikenal masyarakat Indonesia. Penggunaan istilah reog baru dipakai saat Bupati Markum Singodimejo menjabat (1994-2004), sebagai akronim slogan Kabupaten Ponorogo.