Teknologi tersebut rupanya bukan hal baru sebab sudah ada selama lebih dari 200 tahun di India dan memang dikenal sebagai teknologi sederhana, murah, praktis, mudah dipelihara, dan efektif untuk mengontrol erosi dan sedimentasi tanah, konservasi air, serta stabilisasi, dan rehabilitasi lahan.
Segala peran akar wangi terhadap lingkungan tak terlepas dari sistem perakarannya yang unik. Tanaman ini punya akar serabut yang lurus, bukan menyamping seperti rumput lain, dan akarnya masuk sangat jauh ke dalam tanah. Pada usia setahun, akarnya bahkan bisa mencapai kedalaman 3-4 meter dan mampu menembus lapisan setebal 15 cm yang keras. Di lereng-lereng berbatu, ujung-ujung akarnya bisa menembus dan menjadi semacam jangkar yang begitu kuat.
Dengan akar yang masuk begitu jauh ke dalam tanah membuat akar wangi menjadi kuat, stabil, dan dianggap tanah longsor. Bahkan, akar wangi punya kemungkinan besar untuk tetap kokoh walau diterjang arus air, ditambah lagi ia juga tahan hama, penyakit, bahkan api.
Deden Girmansyah sebagai peneliti di Pusat Penelitian Biologi Lembaga ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan bahwa akar wangi adalah tamanan perawat. Ia mampu merawat tanah yang sakit dan mampu memperbaiki struktur tanah pada kawasan rawan longsor akibat pengikisan oleh air dan angin. Selama tumbuh di tempat yang tepat, akar wangi sangat toleran terhadap kondisi ekstrem seperti kekeringan. (int)