MAKASAR, PustakaJC.co - Sebelum Perang Dunia II, dunia kewartawanan Tionghoa Makassar berkembang pesat karena peran anak muda dari kelas menengah. Hal yang menarik mereka memiliki keterampilan berbahasa selain Makassar, yakni Melayu dan Belanda.
Beberapa yang mengalami pendidikan Tionghoa, biasanya bekerja di koran Tionghoa tetapi juga memiliki keterampilan bahasa Melayu. Selain itu mereka juga terlibat dalam kehidupan sosial, sehingga sangat memahami kehidupan sehari-hari.
"Bagi para editor dan percetakan, mereka menjadi bagian dari dunia usaha kecil yang memiliki modal sedikit, namun terkesan dengan kemajuan zaman," tulis Yerry Wirawan dalam buku Sejarah Masyarakat Tionghoa di Makassar.
Dicatat oleh Yerry, pada tahun 1920 an para perkumpulan peranakan mengembangkan kegiatan sosial mereka. Salah satunya adalah Shiong Tih Hui yang menerbitkan empat koran dan satu terbitan berkala berbahasa Melayu yang ketika itu tidak terjadi di wilayah Indonesia lain.