SURABAYA, PustakaJC.co– Sushi yang terlihat segar dan menggoda ternyata belum tentu terbuat dari bahan-bahan asli. Belakangan ini, marak terjadi praktik pemalsuan bahan dalam sushi, terutama di luar negeri seperti Amerika Serikat. 

Banyak restoran dan penjual menggunakan ikan murah yang diberi label sebagai ikan mahal untuk menekan biaya produksi.

Salah satu contoh umum adalah penggunaan ikan murah sebagai pengganti tuna, salmon, atau kakap. Sebuah studi mengungkapkan bahwa label “tuna” saja bisa merujuk pada 68 spesies ikan berbeda. Bahkan, kakap seringkali diganti dengan ikan nila, yang jauh lebih murah namun tetap dijual dengan harga tinggi.

Lebih mengejutkan lagi, beberapa restoran menyajikan escolar  sejenis ikan berminyak yang kadang disebut “tuna putih”  sebagai pengganti tuna. Padahal, ikan ini bisa menyebabkan gangguan pencernaan serius jika dikonsumsi dalam jumlah banyak.

Fakta lainnya, semakin mahal dan populer jenis ikan tersebut, semakin besar pula kemungkinan ikan itu dipalsukan. Contohnya, tuna sirip biru Atlantik adalah salah satu jenis yang paling sering dipalsukan, dengan tingkat penipuan mencapai 100% di beberapa wilayah. Udang dan salmon Atlantik hasil budidaya juga kerap diberi label yang menyesatkan.

Menariknya, tidak semua pemalsuan ini dilakukan dengan niat jahat. Dalam beberapa kasus, nama ikan yang lebih umum digunakan agar lebih mudah dikenali oleh konsumen. 

Namun tetap saja, praktik ini bisa merugikan dari segi rasa, kualitas, dan yang terpenting kesehatan.

Untuk itu, konsumen disarankan agar lebih waspada saat memilih sushi. Perhatikan tempat membelinya, tanyakan asal-usul bahan, dan jangan ragu untuk memilih restoran yang transparan soal menu dan sumber ikannya. (nov)