SURABAYA, PustakaJC.co - Sate Taichan sering disebut sebagai makanan khas anak Jakarta Selatan (Jaksel) yang unik dan berbeda dari sate Indonesia lainnya, seperti sate Madura atau sate Padang. Dengan tampilan sederhana dan cita rasa yang khas, sate ini semakin populer di kalangan pecinta kuliner. Tapi, bagaimana sebenarnya asal-usul sate yang satu ini?
Berbeda dari sate kebanyakan yang kaya bumbu, Sate Taichan menggunakan daging ayam yang hanya dibakar dengan sedikit garam dan perasan jeruk nipis. Hasilnya, daging ayam tetap berwarna putih setelah dibakar, tidak kecokelatan seperti sate pada umumnya. Sate ini juga tidak disajikan dengan saus kacang atau kecap, melainkan dengan garam dan sambal pedas.
Dalam hal cita rasa, sate ini lebih menonjolkan rasa asli dari daging ayam bakar, sehingga terasa ringan dan tidak cepat membuat enek. Banyak orang menyukai sate ini karena dapat disantap dalam jumlah banyak tanpa merasa terlalu kenyang. Tak heran, Sate Taichan cepat populer dan menjadi tren dalam waktu singkat.
Sejarah Sate Taichan
Banyak orang menganggap Sate Taichan sebagai kuliner khas anak Jaksel karena pertama kali dijual oleh para pedagang sate di kawasan Senayan, Jakarta Selatan. Nama dan metode memasaknya sendiri diyakini berasal dari seorang pria Jepang yang kebetulan mampir untuk menikmati sate di salah satu warung.
Menurut cerita, seorang pria Jepang dan pasangannya yang bernama Inet datang untuk membeli sate Madura. Namun, pria Jepang itu tidak menyukai bumbu kacang yang menjadi ciri khas sate Madura. Sebagai gantinya, ia memanggang sendiri sate ayam yang dipesannya, lalu menambahkan perasan jeruk nipis dan garam sebelum menikmatinya bersama sambal. Ketika pedagang sate bertanya apa nama sate tersebut, pria Jepang itu menjawab, "Taichan!"
Dari situlah, seorang pedagang bernama Amir yang kemudian dianggap sebagai pelopor Sate Taichan mulai menjual varian sate baru ini. Awalnya, ia hanya bereksperimen, tetapi siapa sangka sate dengan tampilan sederhana ini justru digemari banyak orang dan viral dalam waktu singkat.
Pak Amir, yang bernama asli Sunardi dan berasal dari Madura, awalnya berjualan sate dengan bumbu kacang sejak 1981. Namun, sejak mengenalkan Sate Taichan, ia menemukan jalur rezeki baru. Ia bahkan mengajak rekan-rekan sesama pedagang di Senayan untuk ikut menjajakan sate ini.
Saat ini, kawasan di depan Stadion Gelora Bung Karno (GBK) telah menjadi pusat kuliner Sate Taichan, yang ditata dengan konsep food court. Jika ingin mencicipi sate legendaris ini langsung dari pencetusnya, kamu bisa datang ke sana dan merasakan kelezatannya sendiri.
Sate Taichan membuktikan bahwa inovasi kuliner bisa lahir dari hal sederhana dan menjadi tren yang digemari banyak orang. Jadi, apakah kamu sudah pernah mencicipi sate unik ini? (nov)