Kuliner

Rujak, Perantara Silaturahmi Masyarakat Nusantara

Rujak, Perantara Silaturahmi Masyarakat Nusantara
Dok kuliner

SURABAYA, PustakaJC.co - Rujak merupakan makanan favorit masyarakat Indonesia terutama untuk menemami pertemuan penting. Seporsi rujak potong, biasanya berisi belimbing, pepaya, kedondong, bengkoang, mangga, jambu air dan nanas.

 

Hal yang membuat rujak spesial karena paduannya bumbu pedas serta legit dari campuran gula merah, cabai, kacang tanah tumbuk, dan kacang tanah utuh. Segar rasanya saat menggigit renyah buah segar dengan sensasi asam manis dipadu bumbunya.

 

Tetapi rujak memiliki varian berbeda di setiap daerah, misalnya di Bali yang ada rujak cuka berisi irisan buah tetapi disiram kuah dari cuka kelapa. Cuka dibuat dari tuak kelapa yang disimpan selama 2-3 hari dalam guci.

 

Soal kuah, ini menjadi penentu aroma dan rasa rujak. Selain cuka, ada rujak bali yang berkuah dari kaldu kuah ikan pindang. Dengan isian yang sama, rujak kuah pindang memiliki cita rasa sedikit berbeda karena kuatnya rasa rempah.

 

I Wayan Juniarta, penulis kebudayaan Bali menyebut rujak ini menjadi favorit warga Bali. Karena itu makanan ini mudah ditemui di warung-warung di pinggir jalan sampai ke kafe-kafe yang khusus menyediakan aneka rujak.

 

“Jadi rujak enggak cuma makanan penyela di jeda makan siang dan makan malam, tapi kita juga diajarkan menghayati kehidupan. Karena itulah muncul istilah ngerujak, makan rujak bersama-sama,” katanya yang dimuat Kompas.

 

Dosen mata kuliah Makanan dan Kebudayaan Program Studi Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran Bandung, Hardian Eko Nurseto menyatakan makanan yang dikonsumsi mentah dan diberi bumbu mudah ditemui di seluruh dunia.

 

Masyarakat Sunda, jelas Haridian biasa menyantap rujak sambil botram (makan bersama) di teras rumah bersama dengan tetangga seraya bertukar informasi. Rujak ini memang bisa merajut silaturahmi.

 

“Soal kehidupan dan kondisi sekitar, berita terkini, semua tumpah dalam kata sambil mencocol sambal rujak dengan mangga muda,” ucapnya.

 

Dikatakan oleh Hardian, layaknya aneka buah yang berpadu dalam rujak, demikian pula interaksi sosial mulai kekeluargaan, antar tetangga, hingga pertemanan yang menyatu lewat santapan itu.

 

“Diwadahi botram yang sangat menyenangkan. Kumpul bersama dengan membawa makanan masing-masing,” katanya.

 

Berdasarkan buku Aneka Rujak dan Asinan yang ditulis Lily T Erwin dan diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama tahun 2013 menjelaskan bahwa Indonesia memiliki banyak variasi rujak dan asinan.

 

“Pencuci mulut itu termasuk paling digemari dengan keragaman bumbunya,” katanya.

 

Di buku itu saja tercantum 13 resep rujak, seperti buah, gobet, gohu, degen, seger, nanas, tumbuk, Aceh, dan jambu batu. Selain itu, tertera pula rujak berbahan baku non buah, diantaranya juhi, tahu, cingur, pengantin, dan bermacam-macam asinan. (int)

Baca Juga : Sate Taichan: Kuliner Unik, Simpel, dan Digandrungi Anak Jaksel!
Bagikan :