Karena itulah di Surabaya masih menyimpan jejak-jejak itu dalam ragam kulinernya. Misalnya dari tenda Gulai Maryam Haji Safili yang menyajikan bubur kacang hijau, roti maryam dan sate kambing rebus.
“Kalau tidak punya istri, jangan berani-berani menyantap makanan ini,” kata Haris yang berasal dari Ampel.
Bagi santapan malam, gulai maryam tergolong berat. Kentalnya gulai maryam itu pedas oleh aneka rempah, sekaligus juga menebar aroma daging kambing yang kuat. Jauh berbeda dari kaldu Madura.
Padahal Haji Safili bukanlah peranakan Timur Tengah seperti kebanyakan warga yang bermukim di Ampel. Dirinya merupakan orang Sampang yang mengadu nasib di Surabaya dengan berjualan hidangan bercita rasa Timur Tengah.
“Dalam damainya percampuran budaya bersantap, akulturasi itu tak pernah berjalan searah,” ucap Aryo. (int)