Sedangkan air yang digunakan untuk memasak berasal dari mata air Pengging, Mungup, Cokro Tulung, Bonowelang, dan Sumur Jolotundu. Sedangkan untuk penutup dhandhang atau kekeb terbuat dari gerabah yang tanahnya berasal dari Bayat, Kabupaten Klaten.
Sedangkan api yang api yang digunakan untuk memasak nasi di tungku berasal dari api abadi yang di Makam Kyai Ageng Selo di Grobogan. Selama upacara menanak nasi berlangsung abdi dalem tidak henti membaca dzikir dan shalawat selama satu malam.
Selanjutnya, ketika nasi sudah matang maka akan dilaksanakan “pisowanan” atau menghadap Raja di Kajogan Ndalem Ageng pada esok harinya pada pukul 10.00 yang dilakukan Sinuhun PB XIII.
“Dalam pisowanan ini Sinuhun XIII membagikan nasi yang telah dimasak kepada kerabat dan abdi dalem,” katanya.