“Sepengetahuan saya nama warteg justru populer di luar Tegal, tempat orang-orang Tegal mengadu nasib. Hal itu terkait dengan upaya pemertahanan jati diri sebuah komunitas di dalam pluralitas kota besar yang jelas berisi banyak komunitas masyarakat," papar Mukhti.
Pola seperti itu telah umum digunakan sejak lama. Di Jakarta bisa diambil contoh nama-nama kampung; ada Kampung Melayu, Kampung Bali, Kampung Jawa, dll. Sementara di Singapura ada Jalan Bugis, yang diambil dari perkampungan pelaut Nusantara asal daerah itu.
"Awalnya, orang-orang yang berusaha dengan membuka warteg kebanyakan berasal dari Sidakaton, Cabawan, Krandon, Sidapurna," kata Mukhti menjelaskan daerah asal para pengusaha warteg.