Masyarakat Betawi menyebut kopi jahe dengan nama zanzabil sedangkan kata “kopi” disebut dengan nama gahwa. Perbedaan penamaan ini disebabkan kebiasaan minum kopi yang berasal dari bangsa Arab dan barat (Portugis).
Disebut oleh Heni, masyarakat Betawi pada masa selanjutnya lalu mencampurkan beberapa rempah-rempah, sehingga minuman kopi tersebut hingga kini lebih dikenal dengan nama kopi jahe.
Irvan Setiawan dalam Kopi Jahe Betawi menyatakan bagi warga Betawi keturunan Arab Pekojan, kopi jahe biasa disajikan untuk melengkapi hidangan nasi kebuli. Selain itu, minuman ini juga keap disajikan pada acara atau kegiatan yang dilakukan pada malam hari.
Irvan berpendapat penyajian dalam kegiatan malam tersebut lebih mengarah kepada kandungan rempah-rempah dalam racikan kopi jahe. Rempah-rempah ini berfungsi sebagai minuman yang mampu mengusir hawa dingin pada malam hari.
“Adapun rempah-rempah yang dimaksud di antaranya jahe merah, cengkih, kapulaga, kayu manis, dan daun pandan,” papar Irvan.