SURABAYA, PustakaJC.co - Sebagai negara multikultural yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras, budaya, dan etnis, Indonesia memiliki banyak tradisi unik terkait berbagai hal dalam kehidupan masyarakat, salah satunya adalah saat menentukan tanggal pernikahan.
Nah, apa saja tradisi unik yang ada di Indonesia terkait dengan pemilihan hari baik untuk momen sakral bagi para pasangan ini? Yuk, kita telusuri lebih dalam melalui penjelasan berikut.
Bagi sebagian orang, menentukan tanggal pernikahan bukan hanya sekedar memilih tanggal cantik nan aesthetic. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan untuk menemukan tanggal terbaik, mulai dari pendapat orang-orang terdekat hingga adat dan tradisi.
1. Tradisi A'pa'tantu Allo Baji, Desa Camba-camba-Sulawasi Selatan
A'pa'tantu allo baji atau penentuan hari baik merupakan salah satu tradisi unik di Indonesia yang masih dilakukan oleh masyarakat di Desa Camba-camba, Kecamatan Batang, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.
Tradisi a'pa'tantu allo baji (penentuan hari baik) pernikahan ini umumnya dilakukan oleh seorang tokoh adat atau masyarakat yang mampu melakukan penentuan hari baik melalui perhitungan bulan dalam kalender Islam dan mencari tahu apakah waktu-waktu tersebut baik untuk melangsungkan pernikahan.
Hal ini dilakukan untuk memberikan yang terbaik bagi kedua mempelai sekaligus kedua keluarga yang akan melaksanakan pernikahan. Hingga saat ini, tradisi a'pa'tantu allo baji masih dipertahankan oleh masyarakat untuk mendapatkan keselamatan dan kelancaran dalam 5 poin penting dalam kehidupan berumah tangga.
Lima poin yang dimaksud yaitu tercukupinya sandang-pangan-papan, tercapainya kesehatan lahir batin, mendapat kedudukan yang baik, keselamatan jiwa, hingga keselamatan ketika menghadap ajal. Selain pernikahan, tradisi a'pa'tantu allo baji ini juga dilakukan untuk mengetahui hari baik untuk hajatan, membeli alat transportasi, hingga memulai perjalanan.
2. Metode Buhun dari Masyarakat Sunda
Masyarakat Sunda juga memiliki cara menentukan tanggal pernikahan sendiri yaitu dengan metode buhun. Tradisi unik ini kerap digunakan oleh orang tua zaman dulu dan dilakukan dengan lima kata yang digunakan sebagai acuan, yaitu:
Sri yang menjadi urutan pertama merupakan tanda dari kelimpahan sandang, pangan, dan rezeki lainnya.
Lungguh yang berada di posisi kedua identik dengan jabatan, kemampuan, kekuatan, pangkat, dan derajat. Sama dengan Sri, Lungguh merupakan perhitungan yang baik untuk acara-acara seperti hajatan dan pernikahan.
Dunya yang berhubungan dengan kekayaan, harta, rezeki, dan materi juga menjadi pilihan tanggal yang tepat untuk melangsungkan pernikahan.
Lara yang ada di posisi keempat merupakan kata yang identik dengan musibah dan keburukan sehingga bukan waktu yang tepat untuk melaksanakan pernikahan maupun acara lainnya.
Pati yang menempati posisi ke lima dan terakhir merujuk pada kerusakan rumah tangga, sial, dan nasib buruk.
Perhitungan hari baik dilakukan dengan membagi tanggal pernikahan dengan 5 angka yang menjadi representasi dari lima kata tersebut. Sebagai contoh, jika ingin menikah tanggal 12 Safar (bulan kedua dalam kalender Islam), maka cara menghitungnya adalah dengan membagi angka 12 dengan 5 dan menghubungkan bilangan sisanya dengan 5 kata yang menjadi acuan.
Karena 12:5=2 dan memiliki sisa 2, maka tanggal tersebut merupakan hari yang baik untuk menikah karena berdasarkan 5 kata yang dijelaskan sebelumnya, angka dua adalah lungguh yang identik dengan jabatan dan hal-hal baik lainnya.
3. Nyedek Temo dari Madura
Tradisi unik untuk menentukan tanggal pernikahan lainnya yang ada di Indonesia adalah Nyedek Temo yang berasal dari Madura. Prosesi Nyedek Temo atau penentuan tanggal dan hari pernikahan biasanya dilakukan setelah proses lamaran. Pada prosesi ini, calon pengantin memiliki cara khusus yang unik dalam menentukan tanggal pernikahan.
Pada acara pertemuan kedua keluarga, akan disediakan beberapa barang yang menjadi simbol dalam penentuan tanggal pernikahan. Sebagai contoh, jika pernikahan ingin segera dilaksanakan, maka calon pengantin akan menyediakan pisang susu dan sirih.
4. Menentukan Tanggal Pernikahan Menurut Primbon Jawa
Primbon Jawa adalah kumpulan pengetahuan tradisional masyarakat Jawa yang diwariskan secara turun temurun. Bagi masyarakat Jawa, primbon sering digunakan untuk menentukan hari baik untuk melaksanakan pernikahan maupun resepsi.
Perhitungan ini dilakukan berdasarkan weton yang merupakan kombinasi hari (Senin-Minggu) dan pasaran Jawa (Kliwon, Legi, Pahing, Pon, Wage) dari hari kelahiran kedua calon pengantin. Hari dan pasaran Jawa ini masing-masing memiliki nilai numerik tersendiri yang kemudian akan dijumlahkan untuk mendapatkan jumlah weton atau neptu.
Untuk menentukan hari baik, total neptu akan dihitung menggunakan rumus berikut:
(Total neptu + Hari baik): 5 = sisa 3
Berdasarkan rumus tersebut, bisa dicari angka yang jika ditambahkan neptu dan dibagi 5 memiliki sisa angka 3. Hal ini dikarenakan dalam primbon Jawa, angka 3 melambangkan keharmonisan dan keseimbangan.
Sebagai contoh jika hasil neptu dan pasangan adalah 26 maka untuk mendapatkan hasil yang sesuai angka yang harus ditambahkan adalah 12.
(26 + 12): 5 = 7 sisa 3
Setelah mendapatkan angka yang tepat, langkah yang terakhir adalah mencari tanggal yang memiliki neptu 12 dalam kalender Jawa. Sebagai contoh, kombinasi yang memiliki neptu 12 adalah Rabu Legi, dimana Rabu memiliki nilai numerik 7 dan Wage 5 sehingga (7+5=12).
(int)