Praktis, masalah terbesar yang dimilikinya tinggal pengalaman melatih yang tergolong minim sebagai pelatih kepala. Sejak mulai melatih di tahun 2008, situs Transfermarkt mencatat, pria berdarah Suriname ini hanya pernah melatih tim junior di Twente dan Ajax Amsterdam (Belanda), dengan pengalaman melatih tim senior di Timnas Curacao, dan Adana Demirspor (Turki).
Uniknya sejumlah posisi berbeda pernah dijalankan Kluivert selama melatih di level klub, yakni Direktur Akademi (Barcelona), Pelatih khusus striker (AZ Alkmaar dan NEC Nijmengen, Belanda), Direktur Olahraga (Paris Saint-Germain, Prancis), dan asisten pelatih (Brisbane Roar, Australia).
Di level antarnegara, selain pernah melatih Timnas Curacao, pelatih berlisensi UEFA Pro ini juga sempat menjadi asisten pelatih di Timnas Belanda dan Kamerun, juga menjadi penasihat teknik di Timnas Curacao. Dari sekian banyak pengalaman melatih ini, prestasi terbaiknya adalah meraih juara ketiga di Piala Dunia 2014, bersama Timnas Belanda.
Dengan pengalaman melatih yang terbilang beragam, keberadaan Patrick Kluivert sebagai pelatih baru Timnas Indonesia sekaligus mengindikasikan, PSSI ingin berusaha semaksimal mungkin di Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Otomatis, ada tekanan tinggi di sini, karena tuntutan meraih hasil mmaksimalakan lebih besar. Inilah taruhan besar, yang sedang coba diambil PSSI, demi mengejar kesempatan lolos ke Piala Dunia.
Jika pemain diaspora Indonesia yang datang setelah ini semakin banyak, dengan kualitas yang oke, pergantian pelatih yang terkesan mendadak (mungkin) adalah bagian dari rencana PSSI yang memang sudah disusun rapi sejak lama.
Meski begitu, sebuah pertaruhan selalu punya dua pilihan tegas: sukses besar atau gagal total. Semua kemungkinan bisa saja terjadi, tapi semoga kali ini PSSI cukup beruntung. (int)