Prof. Dr. Abdul Sattar Al-Halluji menyampaikan terima kasih kepada Kementerian Agama Republik Indonesia yang telah memilih Institute of Arabic Manuscripts Mesir sebagai tempat pelatihan. Dia menjelaskan bahwa meskipun Indonesia bukanlah negara yang berbahasa Arab, tapi dengan mayoritas penduduknya yang bergama Islam tentu juga bertanggung jawab dalam mengkaji makhtutoth ini. Karena peran umat Islam di mana pun akan memiliki dampak yang perlu diperhitungkan dalam menjaga peradaban ilmu keislaman.
“Ilmu makhtutath ini sebuah pengetahuan tambahan yang penting. Tidak hanya dipelajari oleh orang berbahasa Arab saja tapi mereka yang serius mengkaji tentang Islam. Lihatlah Ibnu Sina sebagai pelopor ilmu medis, dan mayoritas ulama hadits seperti Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud bukanlah orang Arab. Ulama tafsir seperti Zamakhsyari, al-Razi, dan ilmuwan seperti al-Biruni, mereka-mereka inilah meskipun bukan orang Arab adalah contoh tokoh-tokoh yang memberikan kontribusi besar bagi peradaban Islam,” ujarnya.
Prof. Abdul Sattar berharap pelatihan ini dapat memotivasi peserta untuk terus menjaga dan melestarikan bahasa Arab, bahasa yang menjadi wahyu Al-Qur’an. Ia menekankan pentingnya mempelajari turats (warisan ilmiah) agar bermanfaat bagi umat Islam.