Komunitas

Kraton Jogja dan Pemda DIY Kolaborasi Lestarikan Sumbu Filosofi

Kraton Jogja dan Pemda DIY Kolaborasi Lestarikan Sumbu Filosofi
Dok inside

 

Kraton, kata Hayu, berusaha memahamkan kepada masyarakat, khususnya luar DIY bahwa Sumbu Filosofi bukan hanya yang wujud. Akan tetapi perlu juga memahami asal muasal tata kota tersebut dibangun dengan memegang teguh prinsip orang Jawa, khususnya ajaran dari Sultan HB I yaitu Hamemayu Hayuning Bawana dan Sangkan Paraning Dumadi. Upaya ini memang bukan perkara mudah. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menyampaikan nilai-nilai yang terkandung dalam Sumbu Filosofi kepada wisatawan, khususnya turis asing.

 

Hayu mengatakan upaya mengembalikan kondisi Sumbu Filosofi agar sesuai nilai yang diajarkan oleh HB I tidak mudah. Bahkan oleh sebagian masyarakat, upaya mengembalikan ke fungsi aslinya sering dianggap sebagai perubahan.

 

Melalui sosialisasi yang terus menerus, ia melihat saat ini secara perlahan masyarakat mulai memahami.  "Contohnya terkait dengan Sekaten.

 

Selama ini pemahaman masyarakat Sekaten itu pasar malam, ketika kami membuat konten Sekaten di medsos kemudian ada warganet yang bertanya tentang Sekaten dianggapnya pasar malam, tetapi ada warganet lain yang bukan dari tim kami bisa menjelaskan bahwa yang tidak ada pasar malamnya, kalau upacara Sekaten itu masih ada dan Sekaten itu bukan pasar malam. Kami terus berusaha meluruskan mindset," ucapnya.

Baca Juga : Kompetisi Kampung Hijau, Cara Yogyakarta Tata Kampung
Bagikan :